Germain yang layak mendapatkan perhatian musim ini. Performa kuartet pengejar tiga besar klasemen memukau. Saint Etienne, Nice, dan Montpellier membuktikan mereka layak berada di atas.
Situasi di belahan atas klasemen Ligue 1 ketat sejak awal musim. Klub-klub bak bermain gerbong kereta api karena tidak rela terpisah satu sama lain. Dalam fase tersengitnya pada akhir pekan ke-17, tim peringkat empat sampai 12 hanya dipisahkan empat poin!
Proses seleksi ketat berlangsung antara Desember hingga Februari untuk memisahkan mereka yang benar-benar mempunyai sumber daya bersaing di papan atas. Tim seperti Rennes sempat naik hingga peringkat empat klasemen sebelum turun.
Klub asal Brittany ini menderita karena tak diperkuat pemain sayap Jonathan Pitroipa dan bek John Boye, yang beraksi di Piala Afrika medio Januari-Februari. Nasib sial berlanjut setelah dua pemain itu kembali. Pilar terbaik tim, Romain Alessandrini (10 gol dan 5 assist), mengalami cedera ligamen lutut parah saat Rennes kalah di kandang Lille pada 15 Februari.
Bordeaux juga tumbang setelah hanya mencetak enam gol dalam delapan laga sejak pergantian tahun. Kegagalan manajemen memperpanjang kontrak top scorer Yoann Gouffran membuat klub harus melegonya ke Newcastle. Alhasil Les Girondins gagal mencetak gol dalam empat dari delapan laga tadi.
Seleksi alam menyisakan St. Etienne, Lille, Nice, dan Montpellier sebagai kuda hitam kompetisi. Mereka tak hanya bisa finis di posisi empat, yang berarti lolos ke babak play-off Liga Europa atau mengudeta Marseille dan mengambil tempat di babak kualifikasi III Liga Champion musim depan. Berikut adalah kekuatan dan kelemahan masing-masing klub:
SAINT Etienne
Les Verts mungkin paling brilian di luar tiga besar klasemen. Penampilan menyerang mereka agresif, tapi juga alot saat bertahan. Agregat gol-kebobolan mereka (+25) hanya kalah bagus dari PSG (+32).
Kekuatan: Barisan depan St. Etienne lengkap. Pierre-Emerick Aubameyang dan Max Gradel membawa kecepatan permainan, Brandao dan Mathieu Bodmer memberikan kehadiran fisik, sementara Yohan Mollo dan Romain Hamouma menyumbang kreativitas.
Kelemahan: Terkadang pemain terpenting adalah mereka yang tak menonjol di lapangan. Entah seberapa besar St. Etienne bakal merindukan jasa Jeremy Clement setelah gelandang pengangkut air ini menderita patah tulang engkel dan absen hingga akhir musim.
NICE
Pelatih Claude Puel membangun tim solid dari gabungan pemain senior dan junior. Pengalamannya memberi personel Nice sosok ayah yang bisa menjadi sandaran mereka pada saat sulit.
Kekuatan: Tim ini terbentuk dengan visi jangka panjang. Valentin Eysseric (20), Jeremy Pied (24), Nemanja Pejcinovic (25), dan tentu saja Neal Maupay (16) memastikan masa depan Nice cerah.
Kelemahan: Konsistensi menjadi masalah. Sebagai tim muda, mental para pemain Nice belum stabil. Akhir pekan kemarin klub kalah 0-4 di rumah St. Etienne setelah Eysseric mematahkan engkel Clement dan mendapatkan kartu merah pada medio babak pertama.
MONTPELLIER
Pasukan Rene Girard tak maksimal dalam mempertahankan makhota mereka musim ini. Setidaknya klub mulai bangkit setelah mengalami hasil luar biasa buruk pada awal musim, di mana mereka terdampar ke posisi 16 pada pekan sembilan.
Kekuatan: Remy Cabella, Marco Estrada, dan Youness Belhanda membentuk tulang punggung lapangan tengah tangguh.
Kelemahan: Klub hanya lima kali mencetak tiga gol atau lebih dalam 27 laga. Emmanuel Herrera dan Gaetan Chabonnier belum bisa menggantikan produktivitas Olivier Giroud musim lalu.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Komentar