rata pemain menurun cukup banyak. Rupanya selama libur, tak ada yang mengerjakan PR. Untung kini di tengah para pemain hadir bekas pelatih yang menyulap kondisi pemain Jayakarta menjadi kokoh, Pieter Panggabean. Tapi mampukah kini ia menyulap anak buah Yuswardi dan Henky Heipon itu jadi kokoh juga?
Walaupun merasa waktu sisa satu bulan dirasa kurang, penatar kursus pelatih PSSI khusus bidang fisik ini tetap akan mencobanya. "Yah, mudah-mudahan banyak yang bisa kita tingkatkan," kata Pieter. Menurut dia, waktu minimal untuk menempa fisik mestinya tiga bulan. Tetapi dengan porsi peningkatan fisik satu jam setiap hari (pukul 06.00-07.00) sebelum latihan teknik pagi (09.00-10.30) dan sore (16.00-18.00) diharapkan sedikitnya ada tambahan yang cukup berarti.
"Sulit memang," sambung Yuswardi di markas barunya, Stadion Menteng milik Persija. Sebelumnya, PSSI Perserikatan bermarkas di Jl. Panahan, Senayan. Tempat itu kini dipakai untuk kegiatan lain.
Namun seperti yang pernah dikemukakan oleh ketua proyek, Wahab Abdi, Yuswardi tidak merasa gusar. "Target kami adalah memetik pengalaman sebanyak mungkin dari turnamen tersebut. Beruntung kalau sedikit bisa berbicara," kata bekas pemain nasional yang ikut andil ketika tim PSSI menjadi juara Merdeka Games tahun 1968-69 itu.
Belum Hadir
Hingga Rabu sore, empat pemain dari Jawa Timur belum juga hadir: Maryanto, Supratman, Sutrisno (Malang) dan Reno Lattuperisa (Gresik). Kabarnya tiga pemain asal Malang itu tertunda kehadirannya karena harus memperkuat kesebelasannya untuk bersegitiga di Malang. Sedangkan Reno belum memberi kabar apa-apa.
Yuswardi menyesalkan hal ini. "Seharusnya mereka sudah berumpul dan ikut berlatih sesuai rencana sejak 9 Juli lalu. Tapi mau bilang apa," ujarnya kesal. Dari jumlah sebelumnya 25 orang Yuswardi hanya memanggil kembali 20.
Kemudian dua lainnya akan dicoret. "Jumlah yang dibolehkan panitia hanya 18 orang. Jadi apa mau dikata, kami harus mencoret dua orang pemain lagi. Sebenarnya sih tanggung, tapi dana kami juga terbatas," sambung Yuswardi.
Uji Coba
Hingga saat ini PSSI belum menerima kabar tentang calon lawannya nanti di Kuala Lumpur. Selain itu, kapan tim PSSI Perserikatan ini akan meninggalkan tanah air juga belum dipastikan.
"Yang pasti turnamen itu akan berlangsung 21 Agustus hingga 9 September. Itu saja yang baru kami ketahui," tukas Yuswardi. Seharusnya, katanya, pihaknya sudah mengetahui siapa calon lawan jauh sebelum tumamen. Dengan demikian bisa diatur sejak sekarang bagaimana persiapan teknis permainannya.
Tentang prestasi Yuswardi tak mau bicara. "Dalam keadaan seperti ini, kita jangan dulu berbicara soal prestasi. Kita berbicara dulu tentang materi dan persiapan. Kalau materinya cukup dan waktunya lebih dari dua bulan, kita boleh sedikit lega. Tapi bukan berarti saya pesimis dengan para pemain yang ada saat ini," kilah bekas bek kanan PSSI dan PSMS ini.
Menurut Yuswardi pokoknya pihaknya akan berusaha tampil sebaik mungkin. Setidaknya untuk mengembalikan citra persepakbolaan di tanah air.
Sebagai persiapan tambahan, dalam waktu satu bulan terakhir ini, PSSI Perserikatan akan melakukan minimal 10 kali pertandingan uji coba. Semula ada rencana mengadakan beberapa kali pertandingan di Kudus dan kota-kota Jateng lainnya. Tetapi karena masalah waktu, uji coba itu diputuskan akan berlangsung seluruhnya di Jakarta.
Empat Kali
Sejak berlangsungnya turnamen Merdeka Games tahun 1957, Indonesia sudah meraih empat kali juara, masing-masing tahun 1961, 1962, 1968, dan 1969. Di samping itu satu kali runner up tahun 1970 dan satu kali juara ketiga di tahun 1960.
Di tahun 1961 dan 1962, PSSI juara dengan sekumpulan pemain seperti Harry Tjong, Saelan, Wowo, Fattah, Dirhamsyah, Sonny Sandra, Liong Houw, Ilyas Hadade dan sebagainya. Ketika itu pelatih yang menangani tim adalah almarhum Tony Pogaknik.
Kemudian karena adanya konfrontasi Indonesia-Malaysia, bendera PSSI baru kembali muncul di tahun 1966. Kumpulan pemain yang berada di bawah panji merah putih itu pun sudah berubah seluruhnya. Pada masa itulah Yuswardi bersama Sutjipto Suntoro cs tampil dan menjadi juara.
Para pemain lainnya misalnya Yakob Sihasale, Mohammad Basri, Abdul Kadir, Anwar Ujang, Mulyadi, Ronny Pasla, Renny Salaki, dan Yudo Hadiyanto.
Pada masa itu pelatih yang berada di antara pemain adalah dokter Endang Witarsa dengan manajer tim Kamaruddin Panggabean. Di saat itu, tidak hanya Piala Merdeka yang berhasil dibawa pulang Sutjipto dan kawan-kawan, tetapi juga Piala Raja dari turnamen di Bangkok.
Masa-masa yang indah tersebut, kini tinggal kenangan. Masa di mana persepakbolaan Indonesia dipandang sebagai ancaman mengerikan. Mungkinkah bisa terulang? Hanya PSSI yang bisa menjawabnya.
(Penulis: Mahfudin Nigara, Tabloid BOLA edisi no. 20, Jumat 13 Juli 1984)
Editor | : | Caesar Sardi |
Komentar