Pembalap dari Jakarta, Dantje tewas dalam lomba sepeda motor di sirkuit jalan umum Kaliurang, Yogyakarta, pekan lalu. "Kalau ada peristiwa begini, dunia saya yang sudah terpukul, makin bertambah kelam lagi," ujar Tinton Soeprapto, pembalap dan pereli yang tak asing lagi.
Ia memang tidak punya sangkut paut dengan penyelenggaraan lomba yang membawa maut itu. Namun sebagai sesama pembalap ia ikut merasa terpukul.
Tinton juga menyayangkan pembalap-pembalap yang "berani mati", dengan ikut berlomba di sirkuit yang tidak dijamin keamanannya. Ini terbukti ketika Dantje mengalami kecelakaan. Tak ada ambulans yang tersedia, sehingga terlambat dibawa ke rumah sakit dan nyawanya tak tertolong lagi.
"Kalau sudah begini, semua lepas tangan. Sampai IMI pun dan tim merek motor yang dikendarainya tak mau tahu menahu. Padahal kalau Dantje menang, tentu ia diaku dari tim itu," ujar Tinton kesal.
Namun suasana semacam ini tak membuat ia takut. Pembalap itu masih tetap menggeluti dunianya dengan menjadi penyelenggara balapan motor, mobil, dan formula di sirkuit Ancol 18-19 Agustus. "Ancol kan sirkuit khusus untuk balapan. Keamanannya terjamin," ujarnya. "Gawe"nya kali ini bernama Merdeka Race 84 untuk memeriahkan HUT ke-39 Proklamasi.
(Penulis: Ignatius Sunito, Tabloid BOLA edisi no. 24, Jumat 10 Agustus 1984)
Editor | : | Caesar Sardi |
Komentar