Jarum jam menunjukkan pukul 15.00 lewat. Hadirin yang berada di ruang sidang KONI DKI Jaya, Jalan Tanah Abang I Selasa pekan lalu, gelisah. Penyelenggara musyawarah daerah taekwondo DKI Jaya itu memang beralasan untuk gelisah. Betapa tidak? Musyawarah sebelumnya di Hotel Borobudur sudah gagal karena unsur dari ITF (International Taekwondo Federation) tidak datang.
Padahal musda ini benar-benar penentu menuju munas persatuan dan kesatuan taekwondo yang oleh KONI Pusat diberi batas waktu sampai dengan Agustus ini. Kalau mereka gagal, maka berarti taekwondo tidak bisa ikut PON XI tahun depan.
Lebih kurang lima menit kemudian barulah unsur-unsur ITF berdatangan, disusul oleh Sarwo Edhie Wibowo, pemegang surat mandat dari KONI Pusat untuk menyatukan taekwondo Indonesia. Ini membuat unsur dari WTF (World Taekwondo Federation) yang menjadi penyelenggara agak lega.
"Soal pembatasan waktu tidak penting. Yang lebih penting adalah usaha kita bersama untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan ini," ujar Sarwo Edhie kemudian, mengenai usaha penyatuan taekwondo yahg dibatasi KONI itu.
Sarwo Edhie sekali lagi menekankan, kepentingan atlet harus lebih diutamakan. "Kalau pengurus hanya mementingkan politik saja, kasihan kepada atlet yang tidak bisa ikut PON," kata bekas komandan korps baret merah itu. Ia juga mengingatkan dalam taekwondo sudah dideteksi adanya campur tangan asing.
(Penulis: Ignatius Sunito, Tabloid BOLA edisi no. 24, Jumat 10 Agustus 1984)
Editor | : | Caesar Sardi |
Komentar