Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Aneka Peristiwa: Sukir

By Caesar Sardi - Rabu, 27 Maret 2013 | 19:00 WIB
Sukir.
Dok. Tabloid BOLA
Sukir.

laki berdada bidang dengan kulit hitam legam ini menarik perhatian karena keterlibatannya dalam atletik. Ketika lari jauh sedang ramai-ramainya akhir 1970-an, pedagang kecil ini tak mau ketinggalan.

"Kerja sambilannya" yang keras itu menghasilkan medali emas untuk kelompok 45-49 tahun dalam lomba menempuh jarak 28 km tahun 1982 di Jakarta. Dia selalu tampil dalam Proklamaton, menempuh jarak 45 km, dengan catatan waktu terbaik 3 jam 58 menit.

"Bill Sukir", begitu para atlet menjulukinya, tidak hanya tampil di jalan-jalan Jakarta. Ia juga pernah berangkat ke Wonogiri dan berlomba maraton di sana. Lari malahan telah menerbangkan pedagang es ini ke Singapura tahun lalu. Bertanding bersama atlet veteran dari Singapura, Malaysia, Brunei, Muangthai, Australia, dan Hongkong. Sukir merebut perak dalam nomor 5.000 m dengan catatan waktu 19 menit.

Sukir memang naik "kelas" gara-gara lari. Dia saling mengenal dengan tokoh atletik seperti Bob Hasan atau Widarsa. Ia juga sering terlihat berlatih bersama beberapa manajer perusahaan yang kebetulan gemar lari jauh. Banyak atlet menjadi sahabatnya. Sukir dianggap banyak membantu atlet karena dia dengan senang hati menolong mereka dengan menyediakan gerobaknya sebagai tempat penitipan pakaian atau tas. Mereka juga sering membon dagangannya.

Malang, penyakit mulai mengalahkannya Juni lalu. Ia rupanya berlatih keras untuk menghadapi Proklamaton bulan Agustus dan seleksi atlet veteran ke Singapura bulan September. Banyak yang menduga dia kurang menghiraukan istirahat. Bangun pagi-pagi sekali dia sudah berlari menuju Slipi, dari rumahnya terletak di bilangan Senayan. Dan berlari pulang sambil membawa belanjaan bakso untuk dagangan istrinya, yang juga mangkal di Senayan. Sore dia hantam lagi. Dia berlatih lebih awal dari para atlet, supaya sempat meladeni mereka berbelanja sebelum pulang. Itu berarti latihannya lebih berat, karena cuaca sedang terik-teriknya.

Matanya sering terlihat cekung dan bola matanya kuning. Tapi dia selalu merasa fit. Kecuali mengeluh bagian kanan perutnya sering sakit. Namun dia berlatih terus. Yang memberatkan hati dan pikirannya, katanya, adalah pembersihan yang belakangan gencar sekali di daerah Senayan. Pengurus lapangan atletik DKI menyuruhnya pindah dari bawah pohon yang terletak dekat lapangan. Dia benar-benar bingung.

Bulan Juli dia jatuh dalam latihan, ketika baru mencapai jarak 5 km. Sejak kejadian itu kesehatannya menurun drastis. Dokter menyatakan dia terserang kanker hati. Karena penyakitnya bertambah parah, keluarganya membawanya pulang ke kampung halamannya di Sragen, Jawa Tengah. Sukir, yang beranak 5 itu, kemudian mendetakkan jantungnya yang terakhir di sana.

(Penulis: Mahfudin Nigara, Tabloid BOLA edisi no. 36, Jumat 2 November 1984)


Editor : Caesar Sardi


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X