Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Pengalaman Mengikuti Maraton Paris 1984

By Caesar Sardi - Kamis, 4 April 2013 | 09:00 WIB
Maraton Paris VI 30.000 peserta.
Dok. Pribadi.
Maraton Paris VI 30.000 peserta.

kalau tidak dapat dikatakan dingin. Suhu 15°C. Minggu, 14 Oktober itu tumben tidak ada hujan di Paris, walaupun matahari hanya menyembul sedikit. Sebanyak 30 ribu orang berdesak-desak dari kaki Menara Eiffel sampai jembatan Iena, menunggu saat start Maraton Paris ke-6.

Tahun lalu jumlah pesertanya 27.000 dan tahun ini menurut rencana dibatasi hanya 25.000 orang. Akan tetapi panitya ternyata tidak sampai hati menolak banjirnya para peminat. Saya sendiri kebagian nomor pendaftaran 25.163.

Seperti halnya di Indonesia, maraton yang hanya berjarak 20 km ini diikuti peserta pria, wanita, anak-anak, kakek-kakek, bahkan juga beberapa ekor anjing. Sekitar sepuluh penyandang cacat tidak mau ketinggalan dengan kursi rodanya. Ada pula seorang gaek nyentrik yang memakai sepeda mini dan pada kepalanya diikat sebuah payung kacil.

Tepat pukul 13.00 siang, diawali tembakan pistol, para peserta mulai bergerak. Di depan sekali terdapat beberapa atlet seperti Reveyn (Belgia), Lok dan Kate (Belanda), Milovsorov dan Fromant (Inggris), Geffray, Boxberger, dan Levisse (Prancis) serta Doukal (Jibouti). Rute yang ditempuh adalah Ecole militaire, jembatan Alexandre III, Concorde, Tuilleries, Montparnasse, dan Invalides.

Walaupun jalan-jalan yang dilalui tidak begitu lebar, pelari boleh merasa lega karena risiko ketubruk mobil tidak ada: jalan-jalan itu sudah ditutup untuk kendaraan bermotor. Kalau di Jakarta (kecuali di jalan Jagorawi) peserta maraton berlomba dengan asap mobil.

Yang menarik adalah pada beberapa tempat strategis sudah menanti sepasukan drumband yang membawakan mars penggugah semangat, untuk kembali berlari dan berlari. Letih dan lelah serasa hilang. Di pertigaan jalan Bonaparte dan Faugirard misalnya, drumband Angkatan Laut Prancis beraksi membawakan kreasi mereka; dan, kasihannya, tentara itu disoraki pelari jika mereka beristirahat sejenak. Terpaksalah, dengan setengah nyengir, mereka kembali pukul tambur dan tiup terompet.

Beberapa puluh meter dari tempat itu, pelari boleh minum dan mengambil gula batu: berarti jarak 10 km telah ditempuh. Di situ juga ada beberapa mobil ambulans lengkap dengan peralatan perawatan darurat. Di pinggir jalan (ada pada beberapa tempat) ditaruh jam besar, sehingga para pelari, dengan seketika, tahu waktu saat itu. Dengan demikian ia bisa mengatur kecepatan. Kalau di negeri kita dipasang jam-jam besar itu, mungkin sebelum pelari sampai di sana, jam-jam itu sudah dibawa kabur oleh mereka yang tak bertanggung jawab.

Saya sendiri pada saat itu sudah merasa capek sekali. Tetapi setelah melihat kiri-kanan: nenek-nenek dan anak kecil dengan santainya berlari, terpaksalah saya memaksa diri untuk tidak berhenti. Lagi pula, kelihatannya tidak ada tempat untuk istirahat. Barisan pelari meluap sampai ke trotoar. Kalau kita berhenti tentulah akan dilanda gelombang manusia yang sedemikian banyaknya. Mau tak mau, ya, lari lagi, lagi, lagi!

Barangkali karena inilah maka jumlah peserta yang memasuki garis akhir tidak banyak berbeda dengan mereka yang berangkat berlomba. Jumlah itu nyaris utuh. Saya sendiri akhirnya sampai ke finis dengan napas tidak karuan lagi dan letih bukan kepalang. Catatan waktunya? Tidak peduli awak. Selamat saja, syukurlah.

Siapa Juaranya?

Pada tahun 1980 ia hanya meraih juara II dalam Maraton Paris. Setelah itu ia juga absen dalam seleksi Olimpiade Los Angeles. Tapi bulan Oktober ini Pierre Levisse kembali unjuk gigi.

Jika ia mau lebih kencang lagi beberapa ratus meter menjelang pertigaan jalan Bonaparte dengan Faugirard, sebetulnya ia bisa mencatat waktu 27'12" untuk jarak 10.000 m (rekor dunia untuk nomor ini adalah 27'13"81 atas nama atlet Portugal Fernando Mamede).

Meskipun demikian Pierre Levisse sudah membuktikan bahwa faktor usia bukanlah halangan untuk berlari dan berprestasi. Saat ini dia berumur 32 tahun.

Empat besar Maraton Paris VI: Levisse (Prancis) 57'17", Milovserov (Inggris) 57'51", Boxberger (Prancis) 52'28", Doukal (Jibouti) 58'36".

(Penulis: Asvi Warman Adam, Tabloid BOLA edisi no. 37, Jumat 9 November 1984)


Editor : Caesar Sardi


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X