Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Van Basten: Lautan Kegembiraan Hanya Lewat Gol (2)

By Caesar Sardi - Jumat, 5 April 2013 | 17:00 WIB
Marco van Basten.
Voetbal International
Marco van Basten.

sambungan Dalam usia 6 tahun, Van Basten cilik masuk klub UVV dan main di sana selama 9 tahun. Lama juga bagi seorang pemain berbakat seperti dia berada di satu klub seperti UVV, bukan klub top yang bisa lebih mengembangkan lagi bakat besarnya itu.

"Saya waktu itu betul-betul merasa masih anak ingusan. Tetapi, ternyata beberapa kali terpanggil untuk menjalani seleksi pemain berusia antara 14-15 tahun. Waktu itu saya tiba-tiba mendapat gangguan di selangkangan karena tubuh saya mendadak tumbuh besar. Karenanya, selama 9 bulan saya tak dapat main. Akhir tahun itu saya pun pergi ke Elinkwijk," tutur Van Basten.

Berlawanan dengan dugaan orang, Van Basten ternyata mengalami masa kanak-kanak yang menyenangkan di klubnya UVV. "Di sana kami banyak kali mengikuti pertandingan-pertandingan internasional. Para remaja di sana boleh dikatakan dibawa ke tangga ketenaran di UVV. Jan Willem van Ende juga berasal dari sana. Kami sekali tempo masih main bersama dia. Ketika itu, tiap tahun saya menjadi top scorer," tuturnya.

Ketika ia berusia 12 tahun, Leo Beenhakker pernah datang dan menawarinya untuk pindah ke Feyenoord. "Saat itu tentu saja saya anggap tawarannya itu terlalu pagi. Saya masih duduk di SD dan bahkan ayah saya masih mengantarkan saya pergi pulang ke Rotterdam. Apalagi, saat itu saya pun tak ingin meninggalkan UVV," katanya.

Pada usia 12 tahun itu, Van Basten dimasukkan dalam pembinaan remaja di FC Utrecht. Ini berarti ia sehari-hari masih bermain di klubnya, tetapi tiap hari Rabu berlatih di FC Utrecht. "Saya di sini mendapat banyak kemajuan. Saya berlatih dengan para pemain yang jauh lebih baik seperti misalnya Vanenburg, Rob de Wit, dan Edwin Godee. Lebih dari itu, saya pun dilatih oleh Leo van Veen yang kemudian menjadi rekan main bersama," tambahnya.

Gangguan pada selangkangan terus juga berlangsung. Tinggi tubuhnya kemudian bertambah 14 cm. Tetapi lama kelamaan sakitnya berkurang. Marco van Basten lalu memutuskan pindah ke Elinkwijk untuk mencapai tangga lebih tinggi dalam sepakbola. Di sini ia bergabung dengan klub Ajax.

"Saya dimasukkan ke kelas A1, di mana Edwin Godee juga main. Alasan saya masuk Ajax: di sini saya dapat bergaul lebih luas dan Ajax memiliki kelonpok untuk remaja. Jika saya tidak bisa masuk kualifikasi untuk tim C, maka saya masih dapat bermain di A1," tuturnya.

Kaya Raya

"Dalam pertandingan saya yang pertama di tim C, saya berhasil mencetak empat gol, dan dalam pertandingan berikutnya juga empat gol," katanya pula. "Segera setelah itu, pelatih nasional Ger Blok memilih saya sebagai pemain inti tim untuk UEFA remaja. Kami, bermain baik melawan Wales dan ikut kejuaraan Eropa di Finlandia."

Segi apa yang menjadikan Van Basten bermain baik? "Mencetak gol merupakan sesuatu yang teramat penting bagi saya," katanya. "Saya pernah membaca tentang apa yang disebut "lautan kegembiraan", yakni kegembiraan yang diperoleh dari kedalaman yang terdalam. Lautan kegembiraan semacam itu bagi saya hanya ada kalau saya mampu mencetak gol sebanyak mungkin."

Itulah sebabnya, Van Basten amat bernapsu membaca apa saja tentang olahraga, terutama tentang tenis meja, tenis, dan honkbal. Ia adalah seorang pemain tenis meja yang baik. "Saya memilih sepakbola, karena di situlah bakat saya yang terbanyak," katanya.

Dalam dua tahun, Van Basten berhasil memukau Ajax. "Tetapi di sini Anda harus menyesuaikan diri dengan konsep yang sudah ditetapkan: harus mati-matian mempertahankan nama klub, harus dapat bemiain dengan dua atau tiga ujung tombak."

"Sebagai ujung tombak tengah, saya terutama harus menunggu umpan terobosan karena salah satu dari dua ujung tombak lain harus berusaha menciptakan peluang untuk menerima bola dari Gerald Olsen atau Cruyff," kata Van Basten.

Dikatakannya pula, ia banyak belajar dari Cruyff dalam memilih posisi-posisi di lapangan yang bisa membuahkan gol. "Pendeknya, semua kami ini telah belajar banyak dari dia. Sayang dia meninggalkan Ajax. Lebih-lebih dia adalah idola saya. Main dengan dia selama setengah tahun meninggalkan banyak kesan mendalam dalam diri saya," ujarnya.

Tentang cita-citanya yang ingin menjadi kaya, Van Basten pun bertutur. "Tadinya memang saya berangan-angan menjadi seorang pemain yang kaya raya di luar negeri. Tetapi kemudian saya berpikir. "Siapa kamu ini sebenarnya? Kamu masih belum apa-apa. Ya, memang saya masih terikat kontrak setahun lagi dengan Ajax."

(Penulis: Hikmat Kusumaningrat, Tabloid BOLA edisi no. 38, Jumat 16 November 1984)


Editor : Caesar Sardi


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X