Wear, Minggu (14/4) lalu. Dia merasa baru pantas menyandang sebutan itu jika sudah membawa gelar bagi The Black Cats.
Manajer usia 44 tahun itu membawa Sunderland menang 3-0 atas Newcastle United di St. James' Park. Itu merupakan kemenangan pertama kubunya atas Newcastle sejak 2008 silam.
Akibat kemenangan itu, Di Canio kini mulai berhasil mengambil hati fans. Padahal, sebelumnya, sebagian fans sempat tak setuju dengan penunjukkan Di Canio akibat paham fasisme yang dianutnya. Tapi, kini Di Canio bak pahlawan bagi kubu The Black Cats.
Kendati begitu, Di Canio ogah terlarut dalam euforia sesaat. Menurutnya, bahkan andai berhasil menyelamatkan Sunderland dari degradasi, dirinya belum pantas disebut sebagai pahlawan.
"Saya tak mau menjadi pahlawan sekarang. Saya tak mau menjadi pahlawan jika kami tetap bertahan (di Premier League). Saya tidak mau menjadi pahlawan tahun depan. Mudah bagi fan menyebut pemain atau manajer sebagai pahlawan jika mereka melakukan hal yang benar dan menuntaskan tugas yang luar biasa," papar Di Canio.
"Mungkin suatu hari nanti, ketika kami memenangi sesuatu, mereka akan memanggil saya pahlawan. tapi, untuk saat ini, bahkan tidak andai kami tetap bertahan di level ini. Ini bukan waktunya (untuk puas) dengan satu pertandingan," tegas dia.
Laporan DuniaSoccer.com
Editor | : | Vessy Dwirika Frizona |
Komentar