mena kepada pemain dan memaksakan kehendak ketika merumuskan masalah kontrak.
Setelah acara diskusi yang digelar APPI dengan sejumlah stakeholder persepakbolaan Indonesia bertemakan "Diskusi Sepakbola: Standard Minimum Contract bagi Pesepakbola di Indonesia" di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta, Selasa (30/4), Kande Lansana membeberkan hal itu semua.
"Bagaimana mau bermain secara maksimal jika gaji kami (pemain) kerap ditunggak. Selain itu, kami juga sering ditelantarkan ketika mengalami cedera. Sakit dan cedera harus bayar sendiri. Padahal pemain tak punya uang," beber Kande.
Kande mengatakan hal seperti itu karena pernah mengalaminya. Tepatnya ketika musim lalu bermain di Indonesian Premier League (IPL) bersama Bontang FC.
"Saya selalu memikirkan soal kontrak. Tiap kali bermain selalu memikirkan soal kontrak. Pasalnya, tiap kali bermain jelek, kontrak pemain terancam diputus oleh pihak klub. Padahal, klub tidak tahu kalau aku sedang mengalami kesulitan keuangan," ujar pemain yang mengaku sempat memperkuat timnas Guinea U-17 dan U-21 itu.
Beruntung bagi Kande, kesalahan yang dilakukan Bontang FC tak dia terima bersama PSIR.
"Sejauh ini tidak ada masalah. Mudah-mudahan berjalan seperti itu sampai kontrak aku habis," tutupnya. (Hilman)
Laporan: Hilman/Duniasoccer.com
Editor | : | Verdi Hendrawan |
Komentar