2 dan ke-7 dunia itu memberi keuntungan kepada para pemain lain pada grand slam yang berputar di Kompleks Roland Garros, Paris, 26 Mei-9 Juni itu?
Secara umum, mundurnya Murray dan Delpo tak berpengaruh banyak buat perebutan gelar juara karena mereka bukan jagoan lapangan tanah liat dan prestasi terbaik di Paris hanya semifinal. Rafael Nadal, Novak Djokovic, atau bahkan Roger Federer yang sudah menua dan melemah, dianggap lebih berpeluang untuk menjadi kampiun. Tapi dalam skala yang lebih sempit, absennya Murray, misalnya, memberi keuntungan buat pemain lain.
David Ferrer, misalnya, yang baru tergeser ke peringkat ke-5 dunia pasca Master Roma, pekan lalu. Minus Murray, pemain Spanyol itu pun menjadi unggulan ke-4 di bawah Djokovic, Federer, dan Nadal. Dengan demikian, ia tak akan bertemu ketiga pemain yang sangat sulit dikalahkannya itu sebelum semifinal. Bahkan dengan Nadal, yang hampir selalu menang melawannya, Ferrer tak akan berjumpa jika bukan di final. Tahun ini Ferrer sudah tiga kali kalah dari rekan Spanyolnya itu, termasuk yang beruntun di perempat final Master Madrid dan Roma lalu.
Mulut-mulut usil pun bersuara sejak sebelum Murray memastikan mundur, Rabu (22/5). Ada yang berpendapat Ferrer sengaja selalu ditempatkan di bagian undian yang sama dengan Nadal di Madrid dan Roma untuk menaikkan peringkat Nadal ke posisi ke-4 agar juara tujuh kali Prancis Terbuka itu terhindar dari pertemuan lebih awal dengan Djokovic atau Federer. Rasanya tidak afdol kalau melihat Nadal vs Djokovic atau vs Federer sebelum final. Karena itulah Ferrer, yang hanya mampu menang empat kali dari 23 pertemuan dengan Nadal, dikorbankan.
Mulut-mulut usil itu menuduh panitia di Madrid dan Roma sengaja mempertemukan Ferrer dengan Nadal di perempat final karena tahu Ferrer pasti akan kalah. Dengan demikian, pemain berusia 31 tahun itu akan tergeser ke ranking ke-5 dan Nadal naik ke-4 sehingga akan menjadi unggulan ke-4 pula di Prancis. Namun mundurnya Murray membuat segalanya menjadi mentah karena Ferrer tetap masuk empat unggulan teratas dan terhindar dari kemungkinan berjumpa Nadal lagi di perempat final.
Kontroversi belum berhenti. Undian baru dilakukan Jumat (24/5), tapi sebelumnya sudah banyak yang memprediksi Ferrer akan berada di paruh yang sama dengan Federer. Nadal disatukan dengan Djokovic, untuk menciptakan final klasik Federer-Nadal. Sementara para penggemar Djokovic menginginkan Ferrer berada di paruh yang sama dengan idola mereka karena khawatir Djokovic akan kalah bila bertemu Nadal di semifinal. Mereka menginginkan ulangan final Nadal-Djokovic seperti tahun lalu, dan kedua pemain itu memang dinilai sebagai dua calon terkuat untuk menjadi kampiun. Para pendukung Djokovic pun mengharapkan Nadal berada di paruh yang sama dengan Federer.
Bila melihat fakta ini, Ferrer memang pantas diberi simpati. Ia selalu hanya menjadi bayang-bayang the Big Four, bahkan saat Ferrer berada di peringkat ke-4 sekalipun orang masih memandangnya sebelah mata. Padahal pemain berotot ini tak bisa dianggap enteng di lapangan tanah liat serta keras, dan ia pun memiliki semangat juang yang luar biasa. Hanya saja reputasi dan kebintangannya memang masih kalah dibanding Nadal, Djokovic, Federer, atau bahkan Murray sekali pun sehingga bermunculan tuduhan-tuduhan panitia turnamen pun tak menginginkannya tampil di partai puncak karena khawatir akan menurunkan minat penonton.
Editor | : |
Komentar