sama pernah bermain di Indonesia.
Kiprah tim asal Belanda yang pernah berlaga di Indonesia diawali oleh PSV pada 1971. Ketika itu PSV bermain tiga kali di negeri ini, yakni di Medan melawan PSMS (menang 4-0), di Surabaya menghadapi Persebaya (menang 8-1), dan di Jakarta bertemu timnas (menang 6-0).
Empat tahun kemudian Ajax datang ke Jakarta. Tim Amsterdam itu mengikuti turnamen segitiga bersama Manchester United dan Indonesia Tamtama.
Ajax mengalahkan United 3-2 (3/6/1975). Sementara itu, saat melawan Indonesia Tamtama, yang dilatih Wiel Coerver, yang juga asal Belanda, Ajax unggul 4-1 (5/6/1975).
Ajax juga sempat bermain lawan PSSI wilayah I di Stadion Teladan, Medan (7/6/1975). PSSI wilayah I adalah juara turnamen antarregional pada 1974 yang didominasi pemain PSMS. Ketika itu, Ajax tumbang 2-4.
Setelah bermain di Medan, Ajax kembali ke Stadion Utama, Senayan (9/6/1975) untuk menghadapi Persija. Skor 1-1 tercipta saat itu. Gol Persija dicetak Risdianto dan dibalas oleh Johny Rep.
Pertandingan terakhir Ajax ketika itu dilakukan di Stadion 10 November, Surabaya, menghadapi Persebaya (11/6/1975). Ajax menang 3-2 melalui gol Ruud Geels (2) dan Rene Notten yang dibalas Jacob Sihasale dan Rusdy Bahalwan.
Pada 5 Juni 1978 giliran Feyenoord yang bermain di Senayan melawan timnas. Namun, laga itu tak tuntas. Laga dihentikan pada menit ke-55 saat Feyenoord unggul 3-0 menyusul baku hantam para pemain.
Feyenoord, yang diperkuat Johan Cruyff, hadir lagi di Senayan pada 1984 untuk melakoni partai segitiga bersama Mandala dan QPR.
Pada 1987, PSV Eindhoven, yang diperkuat Eric Gerets, Ruud Gullit, Wim Kieft, dan Ronald Koeman, datang. Kala itu Gerets merupakan kapten timnas Belgia, sementara Gullit baru berstatus pemain termahal dunia setelah dibeli AC Milan.
PSV bertemu Persib yang bermaterikan pemain seperti Robby Darwis, Adeng Hudaya, dan Ajat Sudrajat. Pada partai yang dimainkan di Stadion Siliwangi pada 11 Juni 1987 itu PSV unggul 6-0.
Ketika itu PSV juga meladeni timnas dalam partai yang berakhir 3-3. Gol timnas dicetak oleh Ricky Yacobi (2) dan Jaya Hartono.
Kesempatan berikutnya PSV Eindhoven datang ke Indonesia adalah pada awal 1996. Kala itu PSV diperkuat oleh Wim Jonk, Luc Nilis, Jan Wouters, Arthur Numan, dan Ronaldo de Lima, yang masih berusia 19 tahun yang kelak menjadi superstar di Barcelona, Real Madrid, dan timnas Brasil.
PSV, yang dilatih Dick Advocaat, menjalani pertandingan lawan Persma di Stadion Klabat, Manado. PSV menang 6-0.
Pertandingan kedua PSV digelar di Stadion 10 November, Surabaya, menghadapi Persebaya dan berakhir dengan skor 6-2. Dua gol Persebaya kala itu dicetak oleh Yusuf Ekodono.
Editor | : | Erwin Fitriansyah (BOLA) |
Komentar