Siapa sangka gelandang Singapura dengan nomor punggung 5 ini sebenarnya masih saudara dengan hampir seluruh pemain Yanita Utama. Memang bukan saudara kandung, tetapi kurang lebih seketurunan. Bagaimana pasalnya jadi demikian?
Ya, tentu saja lantaran Tohari Paijan memang murni berdarah Jawa Tengah. Ayahnya, Paijan, lahir dan besar di Semarang. Sedangkan ibunya lahir dan besar di Banyumas. Hanya saja sekitar tahun 1945, pasangan suami istri dari Jateng itu hijrah ke Singapura.
Di negeri yang kemudian menjadi tanah airnya yang kedua itu, Paijan senior melahirkan 12 anak. Satu di antaranya Tohari terlahir sebagai anak keenam. Maka jadilah pula Tohari sebagai warga negara Singapura.
"Semua saudara bapak ada di Semarang dan semua saudara ibu ada di Banyumas," kata Tohari pada BOLA. Itu sebabnya menurut Tohari, jika ia berada di Indonesia sama artinya berada di Singapura.
Namun kesempatannya bersua dengan seluruh saudara ayah dan ibunya belum kunjung datang. "Saya sering merindukan paman-paman dan saudara sepupu, tetapi hingga saat ini saya belum pernah ke Semarang," ujar Tohari penuh harap.
"Berapa jauh Semarang dari sini?" lanjut karyawan Bank Malaysia itu penuh selidik. Kemudian segudang pertanyaan tentang kota Semarang meluncur deras dari bibirnya.
Salah seorang adiknya Ahmad Paijan, pun menjadi benteng tangguh tim negara Singa itu. Ia memang baru muncul belakangan. "Saya sudah main untuk tim nasional sejak tahun 1979," katanya lagi.
Dalam karirnya sebagai pemain nasional, Tohari pernah dituduh terlibat suap. "Saya dituduh berbuat korupsi pada pasukan nasional," tutur ayah seorang putri ini.
Ketika itu tim nasional Singapura rontok dalam turnamen Marah Halim 1981 di Medan. Bersama Tohari ada empat rekannya senasib. Salah satu diantaranya Rajali Alias, juga pemain gelandang. Proses dilakukan secara intensif selama sembilan bulan. "Seluruh pemain yang dituduh korupsi diistirahatkan," kenang Tohari.
Tetapi setelah disidangkan, terbukti kelimanya tidak terlibat. "Maka kami pun kembali dipanggil FAS untuk memperkuat pasukan nasional. Tetapi selepas Pra Olimpiade di Riyadh, saya mengundurkan diri dari pasukan nasional," sambung Tohari.
Ia mengaku dengan gaji 600 dolar Singapura setiap bulannya dari Bank Malaysia, ia menganggap korupsi terhadap negara sangat tidak pantas. "Lagipula saya suka main bola sepak, kenapa mesti menyusahkan diri. Diistirahatkan sembilan bulan saja sudah begitu menyakitkan, apa lagi kalau sampai diskors seumur hidup. Bagaimana lagi!"
Bergabung dalam Tiong Bahru Constituency Sport Club mulai tahun 1977, Tohari yang beralamatkan di Blok 525, Bedok North, ST 3 Singapura 1646 ini tidak ingin meninggalkan sepakbola sepanjang hidupnya. Tetapi ia ingin membatasi kegiatan tersebut karena putri dari hasil pernikahannya dengan gadis asli Singapura, Asiah Jafaar, kerap menderita sakit jika ditinggal terlalu lama.
(Penulis: Mahfudin Nigara, Tabloid BOLA edisi no. 44, Jumat 28 Desember 1984)
Editor | : | Caesar Sardi |
Komentar