Perjalanan nasib seorang pesepak bola memang sulit ditebak. Demikian pula yang dialami oleh winger Juventus, Emanuele Giaccherini.
Tiga tahun lalu, pemain bertubuh mungil ini masih bergelut di Serie-B bersama Cesena. Tapi, hanya dalam tempo dua musim, dia berhasil memperindah curriculum vitae -nya dengan dua trofi scudetto 2011-12 dan 2012-13 bersama Juventus.
Akan tetapi, tanpa tekad yang kuat, Giaccherini tak akan berkibar seperti sekarang ini. Sejak umur 21 tahun, dia hidup tanpa limpa di dalam tubuhnya. Padahal, limpa memiliki fungsi penting untuk pertahanan tubuh atau sistem imun. Organ itu berguna sebagai pelindung tubuh dari bakteri yang masuk ke dalam darah. Limpa juga bisa menjadi tempat cadangan darah.
Giaccherini terpaksa menjalani operasi pengambilan limpa setelah mengalami cedera serius akibat bertabrakan dengan kiper lawan dalam laga bersama Bellaria Igea Marina di Serie-C2 musim 2006-07. Limpanya pecah dan harus diambil. Dokter Leo yang memimpin jalannya operasi menyebut Giaccherini tetap bisa hidup normal asalkan disiplin dalam menjaga pola hidup dan asupan makanan.
“Ucapan dokter Leo kala itu membuat kami tenang. Giaccherini pun menjalani pola hidup yang benar-benar terjaga. Jika tidak, dia rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuhnya menurun,” beber Patrizia, ibu Giaccherini.
Dorongan dan nasihat dari ayah dan ibunya menggugah Giaccherini. Dia pun membulatkan tekad untuk terus berkiprah di sepak bola dan mencapai permainan terbaiknya. Tuhan memang tak pernah meninggalkan umatnya yang punya usaha keras. Usai dipinggirkan Bellaria Igea Marina, klub Serie-C2 lainnya, Pavia, menggaetnya dan memberi Giaccherini kepercayaan penuh. Hingga pada akhirnya, penampilan pemain berjuluk Il Messi di Talla (Messi dari Talla) ini mencapai level terbaik sampai saat ini.
Laporan DuniaSoccer.com/edy
Editor | : | Vessy Dwirika Frizona |
Komentar