Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Kala Pesepak Bola Muslim Mengubah Kultur EPL

By Jaka Sutisna - Kamis, 18 Juli 2013 | 00:20 WIB
Demba BA dan Papis Cisse
thinkfootball.co.uk
Demba BA dan Papis Cisse

Dua puluh satu tahun silam, saat Premier League baru dihelat, pebola Muslim sungguh janggal. Hanya Nayim, gelandang Tottenham Hotspur berkebangsaan Spanyol, memeluk agama Islam.

Akan tetapi, sebuah pertandingan pada 5 Februari 2012 bisa menggambarkan tren pergeseran. Demba Ba, yang masih memperkuat Newcastle United, menggetarkan gawang Aston Villa pada menit ke-30. Bersama kompatriotnya, Papiss Cisse, Ba mendekati sudut lapangan dan berlutut laiknya hendak salat.

Ya, pemandangan Premier League saat ini memang sungguh kontras. Para pemandu bakat klub-klub Inggris yang mencari talenta di Afrika membuat Premier League kian heterogen. Terbukti, ada 40 pesepak bola Muslim di kompetisi kasta teratas Inggris.

Popularitas dicapai oleh Demba Ba cs. Hebatnya, mereka tak terbawa arus hedonisme seperti pebola tenar di Inggris. Nilai-nilai agama tetap dipegang teguh.

Dalam ajaran Islam, alkohol tentu dilarang. Tengoklah pelajaran dari Yaya Toure tahun lalu. Dia mencetak dua gol ke gawang Newcastle dan menerima penghargaan man of the match . Sesuai tradisi, pahlawan laga berhak mendapat kehormatan membuka botol besar champagne.

"Maaf, aku tidak minum alkohol. Aku Muslim," ujar Yaya Toure seraya menyerahkan botol besar champagne ke Joleon Lescott.

Terkadang tensi memanas. Tak sedikit klub Inggris yang menggandeng perusahaan yang bergerak di bidang judi atau peminjaman uang sebagai sponsor. Pebola Muslim cukup berani menentang aktivitas yang bertentangan dengan ajaran agama.

Cisse bisa jadi referensi. Newcastle baru menggandeng Wonga sebagai sponsor anyar. Perusahaan tersebut memiliki kebijakan pinjaman dengan bunga sebesar 4,124 persen. Tentu saja itu kontradiktif dengan syariat Islam. Sikap Cisse tegas. Dia berniat melucuti jersey The Magpies dari tubuhnya, dengan kata lain hengkang.

Lantas, bagaimana sikap pemain jelang bulan suci Ramadan datang?

Periode ini sejatinya menyulitkan manajer. Kebanyakan bos tentu enggan pemainnya tak mampu menampilkan performa maksimal lantaran tak makan dan minum selama 13 jam. Tak ayal, tawar-menawar terjadi. Sebagian pemain memilih tak berpuasa, minimal pada matchday.


Editor : Jaka Sutisna


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X