Keberhasilan empat wakil Indonesia merebut dua gelar juara dunia di Guangzhou, Cina, bukanlah suatu kebetulan. Torehan dua gelar juara di pentas Kejuaraan Dunia adalah prestasi yang membanggakan buah dari kerja keras.
Pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan berhasil mengulang sukses yang diraih di Kuala Lumpur pada 2007. Kala itu, dua gelar sukses digenggam di nomor yang sama, ganda putra dan ganda campuran.
Namun, Indonesia masih punya PR besar untuk memperbaiki sektor tunggal. Pasalnya, penampilan para pemain tunggal masih sangat memprihatinkan.
Sony Dwi Kuncoro, Simon Santoso, Adriyanti Firdasari, dan Aprilia Yuswandari terhenti di babak awal. Ini tentu menjadi pukulan telak jika dibandingkan dengan era Alan Budikusuma dan Susy Susanti.
"Kita harus akui bahwa prestasi di nomor tunggal masih sangat minim. Ini jadi PR bagi kita semua untuk bisa melakukan pembinaan lebih baik ke depan," ujar Susy, yang merupakn staf ahli bidang pembinaan dan prestasi PBSI.
"Kita akan lebih jeli dalam melihat potensi pemain. Semua akan dilihat dari berbagai aspek, bukan hanya dari skill, tapi juga dari semangat, motivasi, dan karakter pemain itu sendiri," tutur peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 itu.
Editor | : | Tulus Muliawan |
Komentar