Kekalahan menyakitkan yang dialami Persik atas Perseru lewat adu penalti di babak semifinal Divisi Utama di Stadion Manahan Solo, Minggu (8/9) lalu, berbuntut isu tak sedap. Publik Kediri, terutama Persikmania mensinyalir pemain dan manajemen menjual pertandingan tersebut.
Indikasi itu terlihat saat tiga pilar utama, Faris Aditama, Olivier Makor, dan Mohamadou Al Hadji ditarik keluar pelatih Aris Budi Sulistyo. Tak pelak, kekuatan Macan Putih berangsur-angsur pincang.
“Saya berani menjamin tiga ratus persen, kami tak melakukan perbuatan hina tersebut. Atas nama pribadi dan pemain, saya membantah keras tudingan suap itu. Sejak lolos ke semifinal, kami sudah sepakat harus juara Divisi Utama," tutur Aris Budi.
"Jika sekarang langkah kami terganjal, jangan terus menuding kami main mata dengan Serui. Itu terlalu naif. Karena di sepak bola, semua kemungkinan bisa terjadi. Saya lihat kami terlalu percaya diri setelah unggul 2-0, sehingga kami lengah,” ujar mantan pemain Persik tersebut.
Soal pergantian tiga pemain kunci yang ditarik, Aris Budi menjelaskan memang kondisi fisik dan psikologis mereka tak mendukung tim.
“Faris mengaku tak kuat lagi bermain dan minta diganti. Soal Makor dan Hadji, saya lihat permainannya menurun. Padahal kami mengandalkan kontribusi mereka untuk laga lalu. Makanya, saya pun harus berani mengambil keputusan mengganti mereka," ucap Aris.
Keputusan saya tak salah total. Buktinya, kami tak kalah di pertandingan normal. Kalau penentuan pemenang lewat adu penalti, keberuntungan dan mental yang bicara. Tim dunia pun bisa gagal jadi juara lewat fase tersebut. Seorang Fatchul yang gagal, juga pernah dialami bintang sekelas Roberto Baggio,” kata Aris.
Editor | : | Gatot Susetyo |
Komentar