19 tampil sebagai juara Piala AFF U-19 usai menundukkan Vietnam lewat drama adu penalti. Capaian gemilang itu tak lepas dari tangan dingin pelatih Indra Sjafri selaku pelatih kepala. Berikut petikan wawancara BOLANEWS dengan pelatih asal Padang tersebut:
Apa saja rahasia di balik sukses timnas U-19?
Berprilaku dan bersikap profesional di dalam maupun di luar lapangan. Semua pemain memegang prinsip itu dan menjalankannya dengan hati.
Profesionalisme itu meliputi apa saja?
Saya buat aturan ketat dan mengikat yang harus ditaati pemain di luar maupun di dalam lapangan. Saya menekankan agar anak-anak menjaga moralitas, mentalitas, etika dan disiplin. Tidak ada toleransi, apalagi kompromi terkait hal itu.
Saya menindak tegas siapa pun yang melanggarnya. Tidak ada tempat bagi pemain yang tidak mengindahkan aturan yang saya buat.
Detailnya seperti apa?
Saya bikin semua teratur dan tepat waktu. Latihan, makan, tidur dan detail kecil lainnya. Saya harus membuat aturan seperti itu supaya mereka terbiasa. Saya selalu tekankan agar anak-anak menjaga kondisi dan semuanya, karena mereka bukan selebriti. Mereka adalah pemain sepak bola yang harus selalu dalam kondisi prima.
Apakah ada pemain yang tersingkir karena tak menjalankan aturan?
Ada, tapi tidak perlu sebut nama. Saya tidak memasukkan namanya karena selama persiapan dia pernah terlambat masuk bus saat akan berangkat latihan, turun ke restoran hotel saat jam makan, dan beberapa pelanggaran aturan lain. Tapi ketika sudah mengerucut menjadi 20 pemain saja, sudah tidak ada lagi.
Pemain yang tampil di Piala AFF U-19 adalah mereka yang mau diajak kerjasama. Karena bagi saya, pemain seperti itu berarti tidak bisa menyatu dengan pemain lain.
Soal teknis?
Tim yang saya pegang itu mengutamakan kolektivitas. Bekerjasama adalah hal yang terpenting. Ketika pemain itu lebih mengutamakan permainan individunya, sebaik apa pun tidak akan saya masukkan dalam tim saya.
Penyusunan program juga harus tepat. Tidak mudah membuat program latihan secara periodesasi dengan puncak performanya ketika masuk final. Semua harus dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek lain, serta membutuhkan kerjasama antara tim pelatih dengan semua ahli yang terlibat. Salah satunya dokter tim dan ahli gizi.
Pendekatan seperti apa yang Anda lakukan ke pemain?
Banyak pendekatan. Saya harus menempatkan diri sebagai boss dan pelatih mereka ketika di lapangan. Saya sangat otoriter dan tidak mau dibantah ketika latihan maupun pertandingan. Saya juga menjadi ayah mereka ketika ada pemain yang merindukan keluarganya. Saya memperhatikan dan menjenguk mereka ketika sakit. Saya juga bisa berperan sebagai teman saat mereka butuh curhat tentang privasi mereka.
Apakah semua itu yang membuat tim ini solid meski persiapannya cukup singkat, hanya tiga bulan?
Ya, selain latihan secara spartan selama tiga bulan dan pemahaman skema permainan yang saya buat, aturan itu juga berperan besar atas gelar tersebut. Saya yakin, latihan sekeras apa pun, tanpa dibarengi sikap dan prilaku profesional, tim ini tidak akan mampu meraih gelar ini.
Ke depan, apakah pola penanganan tim ini masih sama?
Pasti, mereka tetap harus profesional. Saya beri libur hanya empat hari setelah meraih gelar juara Piala AFF U-19. Setelah itu, mereka kembali berlatih secara intensif untuk mempersiapkan diri turun di Piala AFC U-19.
Selama libur, saya juga ingatkan mereka supaya tidak keluyuran atau mendatangi undangan-undangan yang tidak penting. Karena dapat merusak kondisi mereka. Kalau sampai ketahuan ada yang melanggarnya, saya tidak akan beri toleransi.
Anda yakin, tim ini bisa meraih hasil gemilang ke depannya?
Mereka pemain-pemain potensial dan bertalenta tinggi. Selama mereka bisa menjaga kondisi dan prilakunya di dalam dan di luar lapangan, saya optimistis bisa meraih banyak gelar.
Editor | : | Fahrizal Arnas |
Komentar