Secara kualitas, kompetisi LSI terus menunjukkan peningkatan. Tensi kompetisi kian meninggi, seirama persaingan legiun asing untuk menunjukan kelasnya. Sebaliknya, ruang bagi pemain lokal menyempit, hampir semua klub papan atas menurunkan lima punggawa import pada setiap laga.
Niat baik PT LI melegalkan penggunaan maksimal 5 pemain asing bagi klub dalam setiap laga kompetisi LSI, cukup berhasil mendongkrak mutu kompetisi. Akhirnya, Pemandu Bakat BTN kesulitan menjaring pemain yang layak mengenakan jersey Garuda. Setidaknya Mundari Karya mengakui bahwa saat ini minim play maker lokal dalam kompetisi LSI.
"Ada tiga posisi vital di timnas yang sulit kita dapatkan dari kompetisi, yaitu jendral lini belakang, play maker dan striker. Hampir semua klub kontestan LSI menggunakan pemain asing, sehingga banyak talenta lokal yang tidak mendapat kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya," kata mantan pelatih Timnas U-14 ini.
Bukan bermaksud menolak naturalisasi, namun kenyataannya terakhir dialami Rahmad Darmawan yang tengah mempersiapkan timnas U-23 menghadapi Sea Games Myanmar. Ketiga posisi tersebut dijelaskan Mundari salah satu kelemahan timans saat ini.
“Tak ada pemain yang mampu menjadi predator sejati di jantung pertahanan lawan, penguasaan bola dari lini tengah menjadi tak berbuah manis dalam setiap laga. Buktinya, hampir semua gol tercipta dari titik pinalti,” ulas Mundari.
Operator kompetisi diharapkan Mundari untuk segera memikirkan kembali kebijakan penggunaan pemain asing untuk kompetisi tahun depan. Pembatasan terhadap pemain asing, patut disikapi dengan baik, karena juga akan berimbas pada pengurang ongkor belanja pemain bagi semua klub.
“Saya rasa cukup 3 pemain asing saja bagi setiap klub, artinya ada 8 pemain lokal yang berkesempatan untuk menunjukkan kelasnya dalam setiap laga. Mutu kompetisi bakal tetap terjaga, karena masyarakat juga menilai kualitas pemain lokal tak kalah jauh dengan pemain asing yang selama ini merumput di LSI,” kata Mundari.
Editor | : | Yuki Chandra |
Komentar