Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Pelatih Mental Kawal Mental Pemain

By Eko Widodo - Senin, 14 Oktober 2013 | 13:30 WIB
Benturan dan tekanan memberikan tekanan mental kepada pemain.
Peksi Cahyo/BOLA
Benturan dan tekanan memberikan tekanan mental kepada pemain.

Di pentas sepak bola nasional peran pelatih mental (mental coach) masih jarang dilirik. Belum banyak klub yang menggunakan jasa sosok yang bisa disebut sebagai psikolog ini. Di sepak bola internasional, pelatih mental juga kerap disebut mental trainer.

Akan tetapi, di tim Indonesia U-19 saat ini sudah ada sosok Guntur Cahyono, yang bertugas sebagai pelatih mental bagi Maldini Pali cs. Guntur bertugas sejak 1,5 tahun lalu. Karena jabatan pelatih mental tergolong baru, Guntur mengaku memiliki sejumlah kendala di awal tugasnya.

“Masih banyak yang belum memahami bahwa aspek mental tidak bisa dikesampingkan dalam pembentukan sebuah tim dan pemain. Aspek mental sama pentingnya dengan aspek fisik dan taktik,” kata Guntur.

Sesuai dasar ilmu yang dimilikinya Guntur bertugas mengawal mental para pemain di tim Indonesia U-19. Pria asal Yogyakarta itu mengamati detail perkembangan dan perubahan mental setiap pemain sejak masa seleksi. Hasil pantauan itu menjadi salah satu acuan pelatih kepala untuk membentuk tim dan mempersiapkan skuat.

Selain itu, pelatih mental juga bertugas memberikan pelatihan aspek-aspek dasar mental kepada pemain. Ia juga mengajari pemain agar mampu mengidentifikasi penyebab masalah yang sedang dihadapi dan selanjutnya membantu mencari jalan keluar mengatasi problem itu.

“Sebagai gambaran, pemain A tampil tidak optimal. Saya mengajari untuk mencari tahu apa penyebabnya. Mungkin merasa terbebani, grogi, atau kurang percaya diri. Dari situ kami mencari solusinya agar di pertandingan berikutnya kelemahan itu tidak terjadi lagi. Saya berusaha menjadikan pemain senyaman mungkin sehingga mereka senantiasa bisa menampilkan performa terbaik,” ujar Guntur.

Tugas itu tidak ringan karena tak semua pemain merasa nyaman dengan kehadiran pelatih mental. Untuk mengatasi hal itu, Guntur tetap melibatkan pelatih kepala serta sosok lain di tim. “Saya tidak bekerja sendiri. Jika saya kesulitan masuk, pemain tetap bisa curhat atau ngobrol dengan yang lain,” ucapnya.


Editor : Aning Jati


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X