19 2014 pada Sabtu (12/10) menunjukkan perimbangan kekuatan kedua tim. Efektivitas punggawa Tim Garuda Muda memanfaatkan peluang emas serta kemampuan menggalang pertahanan yang rapat menjadi penentu skor akhir laga.
Kubu tamu cenderung unggul di beberapa aspek. Misalnya tingkat akurasi operan yang menembus 74 persen. Di sisi lain, persentase akurasi operan Evan Dimas dkk. hanya mencapai 68 persen.
Korsel juga unggul jauh dalam akurasi umpan silang. Persentase mereka menembus 30 persen, sementara tim asuhan Indra Sjafri hanya 9 persen. LIHAT GAMBAR GRAFIS STATISTIK
Namun, untuk urusan bertahan, Tim Merah-Putih cenderung lebih unggul. Rataan intercept yang dilakukan para pemain kita menembus angka 34 berbanding 26 milik lawan. Catatan statistik ini menunjukkan bahwa I Putu Gede cs. berani bermain agresif, tak takut menghadapi lawan dengan reputasi juara bertahan turnamen.
Konsekuensinya, timnas U-19 sering melakukan pelanggaran untuk membatasi ruang gerak lawan. Total 17 kali Tim Garuda Muda melakukan pelanggaran, lima di antaranya berbuah kartu kuning.
Soal keberanian pasukannya, pelatih Indra agak terkejut mengingat tipikal pemain Indonesia cenderung kurang pede jika menghadapi lawan dengan kualitas sepak bola lebih baik.
“Kepercayaan diri para pemain luar biasa. Mereka bermain dengan gayanya sendiri. Tak mau didikte lawan,” kata Indra.
Fathu Rochman menjadi pemain paling banyak melakukan intercept, yakni enam kali. Putu Gede menjadi pemain paling sering melakukan tekel. Sepanjang pertandingan, sang bek melakukan tekel sempurna sebanyak sembilan dari 14 kali percobaan.
Rapatnya pertahanan Indonesia U-19 dipuji pelatih Korsel, Kim Sang-ho. “Taktik pertahanannya bagus. Sulit untuk ditembus. Para pemain Indonesia juga punya skill dan kecepatan yang merepotkan kami,” ujar Kim.
Semoga saat tampil di putaran final nanti mereka bisa terus mempertahankan konsistensi permainan!
Editor | : | Ario Yosia |
Komentar