anak. Hanya, belum ada yang menjadikan sepak bola sebagai tempat bergantung untuk hidup.
Yabes berbeda dari rekan-rekannya atau anak-anak di Alor. Ia sudah berpikir untuk membantu ibunya melalui olah raga kegemarannya, yakni sepak bola.
Pemain sayap kanan ini sudah merasakan pahit kehidupan ketika sang ayah dipangguil Tuhan saat Yabes masih duduk di bangku kelas 2 SD.
Setiap hari, setelah pulang sekolah, Yabes punya kegiatan rutin, yaitu membantu ibu bekerja di ladang. Barulah menjelang sore ia turun dari bukit untuk melakoni kegemarannya, bermain sepak bola.
Jalan terang bagi Yabes untuk bersinar melalui hobinya bermain sepak bola terbuka setelah ia masuk klub amatir Putra Kenari.
Saat mengikuti kompetisi, Yabes menarik perhatian klub Persap Alor yang kemudian merekrutnya. Klub itu menyeleksi para pemain dari beberapa klub yang ada di Alor, termasuk Putra Kenari. Yabes lolos seleksi untuk mendapat kesempatan bermain di kompetisi Divisi Dua.
“Di Persap, saya mendapat uang saku ketika ikut kompetisi. Uang itu saya serahkan kepada ibu,” katanya.
Terang itu semakin kuat bersinar ketika Yabes masuk
timnas U-19 di bawah asuhan pelatih Indra Sjafri. Ia sudah mencicipi rumput Senayan saat tampil di Kualifikasi Piala Asia U-19. Perannya meloloskan Indonesia ke putaran final di Myanmar menjadikan Yabes pahlawan sepak bola Alor.
Bonus mulai mengalir ke Yabes. Uang ucapan terima kasih dan penghargaan itu ia gunakan untuk membangun kios. Yabes punya tujuan agar ibunya tak lagi bekerja menggarap ladang.
“Ibu saya sudah tua. Ia sudah tak sanggup naik-turun bukit untuk bekerja di ladang. Biarlah tetangga saya yang menggarapnya. Saya ingin ibu di rumah saja berdagang di kios,” ucapnya.
Data Diri
Nama Lengkap: Yabes Roni Malaifani
Tempat & Tanggal Lahir: Moru, Alor, 6 Februari 1995
Tinggi/Berat: 173 cm/60 kg
Anak Ke: 2 Dari 3 bersaudara
Ayah: Anus Malaifani (alm)
Ibu: Sepriana Malaifani
Posisi: Depan (sayap kanan)
Pemain Idola: Ronaldinho, Boaz Solossa
Karier Klub: Putra Kenari, Persap Alor (Divisi Dua PSSI)
Timnas: Indonesia U-19
Yabes berbeda dari rekan-rekannya atau anak-anak di Alor. Ia sudah berpikir untuk membantu ibunya melalui olah raga kegemarannya, yakni sepak bola.
Pemain sayap kanan ini sudah merasakan pahit kehidupan ketika sang ayah dipangguil Tuhan saat Yabes masih duduk di bangku kelas 2 SD.
Setiap hari, setelah pulang sekolah, Yabes punya kegiatan rutin, yaitu membantu ibu bekerja di ladang. Barulah menjelang sore ia turun dari bukit untuk melakoni kegemarannya, bermain sepak bola.
Jalan terang bagi Yabes untuk bersinar melalui hobinya bermain sepak bola terbuka setelah ia masuk klub amatir Putra Kenari.
Saat mengikuti kompetisi, Yabes menarik perhatian klub Persap Alor yang kemudian merekrutnya. Klub itu menyeleksi para pemain dari beberapa klub yang ada di Alor, termasuk Putra Kenari. Yabes lolos seleksi untuk mendapat kesempatan bermain di kompetisi Divisi Dua.
“Di Persap, saya mendapat uang saku ketika ikut kompetisi. Uang itu saya serahkan kepada ibu,” katanya.
Terang itu semakin kuat bersinar ketika Yabes masuk timnas U-19 di bawah asuhan pelatih Indra Sjafri. Ia sudah mencicipi rumput Senayan saat tampil di Kualifikasi Piala Asia U-19. Perannya meloloskan Indonesia ke putaran final di Myanmar menjadikan Yabes pahlawan sepak bola Alor.
Bonus mulai mengalir ke Yabes. Uang ucapan terima kasih dan penghargaan itu ia gunakan untuk membangun kios. Yabes punya tujuan agar ibunya tak lagi bekerja menggarap ladang.
“Ibu saya sudah tua. Ia sudah tak sanggup naik-turun bukit untuk bekerja di ladang. Biarlah tetangga saya yang menggarapnya. Saya ingin ibu di rumah saja berdagang di kios,” ucapnya.
Komentar