Rencana timnas Spanyol melakoni laga persahabatan melawan Guinea Ekuatorial pada Sabtu (16/11) mendapat kritik dari kalangan aktivis hak asasi manusia. La Roja dinilai tidak semestinya mengabaikan fakta bahwa Guinea Ekuatorial dipimpin oleh seorang diktator kejam.
Presiden Teodoro Obiang Nguema Mbasogo menjadi pemimpin Guinea Ekuatorial lewat kudeta kekuasaan pada 1979. Selama puluhan tahun, rezim yang dipimpinnya mempertahankan kekuasaan dengan menghabisi lawan-lawan politik serta menjarah kekayaan minyak bumi negara tersebut di saat mayoritas warga hidup dalam kemiskinan.
"Saya tidak bisa membayangkan timnas Inggris, misalnya, memutuskan bermain dalam partai persahabatan melawan timnas Zimbabwe saat Robert Mugabe masih memegang kekuasaan," kata Tutu Alicante, direktur lembaga hak asasi manusia EG Justice, seperti dilansir Football-espana.
"Memakai event olah raga besar seperti ini, atau mendatangkan Julio Iglesias bernyanyi di sini (seperti yang dilakukan Obiang pada musim panas lalu), atau mengadakan kontes kecantikan internasional adalah metode pengalihan yang disukai diktator untuk membuat warga miskin tetap senang.
"Kami sedang mengalami praktek apartheid ekonomi terburuk saat ini. Bagaimana mungkin timnas Spanyol menjustifikasi kehadiran mereka untuk pertandingan persahabatan di sana? Bagaimana bisa mereka tidak menyadari bahwa kehadiran timnas hanya akan memperkuat citra dan kredibilitas rezim otoriter yang dipimpin seorang presiden dengan masa bakti terlama di dunia?" tambah Alicante.
Editor | : | Andrew Sihombing |
Komentar