1.
Pertandingan yang berlangsung di Stadion Citarum, Semarang, itu berjalan cukup alot karena kedua tim mempunyai kekuatan berimbang. SMPN 13 Yogyakarta terlebih dulu memecah kebuntuan melalui gol yang dicetak M. Ihwan H. pada menit ke-12. Namun, empat menit berselang giliran Doni dari SMPN 1 Air Gegas menyamakan skor menjadi 1-1. Skor sama kuat itu bertahan hingga turun minum.
Di babak kedua, skor tidak berubah lantaran serangan demi serangan yang dibangun kedua tim gagal membuahkan hasil. Pertandingan pun harus dilanjutkan dengan babak perpanjangan waktu.
Pada masa perpanjangan waktu tensi permainan meningkat. Gesekan yang memicu emosi antarpemain kerap terjadi. Sandra Sartono
(Babel) terpaksa menerima kartu merah dari wasit di menit 64 setelah dianggap bermain kasar. Selain itu, sembilan kartu merah yang diberikan wasit kepada empat pemain Babel dan lima pemain DIY, jadi bukti lain panasnya laga semifinal ini.
Serangan yang dilakukan SMPN 13 Yogyakarta akhirnya membuahkan hasil di menit ke-69 ketika wasit menunjuk titik putih dan memberikan penalti. Dimas Teguh yang ditugaskan mengeksekusi penalti menjalankan tugasnya dengan baik, skor berubah menjadi 2-1 untuk DIY, dan bertahan hingga perpanjangan waktu usai.
Sesaat setelah wasit meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan, kedua tim terlibat keributan kecil dan memaksa aparat keamanan turun tangan. Wasit lantas memberikan kartu merah kedua bagi SMPN 1 Air Gegas.
Dua kartu merah serta penalti yang diterima SMPN 1 Air Gegas membuat berang wakil Babel itu. Salah seorang perwakilan dari Kadispora Babel, Edi Supriyadi, mengaku tim wakil Babel itu dikecewakan oleh kepemimpinan wasit. "Wasit tidak mendidik dan memimpin tanpa sportivitas. Jika kami tidak terkena penalti, hasilnya mungkin akan lain," kata Edi.
Editor | : | Aning Jati |
Komentar