2 di Stadion Citarum, Semarang. Pertandingan berlangsung sengit dan keras.
Usai pertandingan, beberapa pemain kedua tim terlibat keributan kecil. Manajer SMPN 1 Air Gegas, Imran, mengaku kaget melihat kenekatan tim asuhannya menuntut kejelasan wasit dan pemain lawan atas hukuman penalti yang dijatuhkan pada babak kedua.
“Mereka sebenarnya bukan tipe anak yang macam-macam karena berasal dari kampung. Namun, saya bisa maklum mengapa mereka seperti itu. Insiden itu terjadi karena sangat kecewa atas kepemimpinan wasit,” ujar Imran.
Bila dilihat dari masa persiapan, wakil Babel ini tidak ketinggalan dari tim lain. Namun, yang membedakan adalah intensitas latihan. Dalam waktu enam bulan, Miko dkk. hanya berlatih dengan frekuensi dua kali seminggu.
“Waktunya juga tidak jelas. Anak-anak berlatih kalau lapangan kampung kosong. Kadang pada malam hari pelatih mengajak bermain futsal. Hanya itu, karena pelatih berstatus guru olah raga, tidak punya lisensi kepelatihan sehingga metode kepelatihannya juga terbatas,” ujar Imran.
Editor | : | Aning Jati |
Komentar