bola panjang. Itulah awal dari ulasan mantan pemain nasional Eduard Tjong.
Ini tentu mengherankan karena Muhammad Roby dkk. jelas kalah dalam postur tubuh. Namun, mereka justru lebih sering memberikan bola langsung ke depan. Yang menjadi target, Syamsul Arif, yang bertubuh mungil. Tak heran bila dia menghadapi kesulitan karena lawannya memiliki postur yang tinggi besar.
Pemain depan juga kurang mendapat dukungan dari lini tengah. Akibatnya, dengan skema 4-3-3, tiga pemain di depan lebih banyak bekerja sendiri. Serangan Indonesia mudah dikandaskan.
Saat kehilangan bola, proses transisi dari menyerang menjadi bertahan sering terlambat, terutama pada dua bek sayap. Ini menjadikan pemain Irak selalu merepotkan barisan pertahanan Indonesia lewat serangan balik.
Apalagi, Beny Wahyudi tidak dalam performa terbaik. Banyak serangan Irak berasal dari sisi kanan pertahanan Indonesia. Karena itu, pelatih Jacksen melakukan keputusan tepat saat menarik Beny dan menggantikannya dengan Supardi.
Serangan Irak sesungguhnya tidak terlalu membahayakan pertahanan Indonesia. Bahkan pemain depan mereka tidak istimewa. Beberapa kali peluang bagus tidak bisa mereka manfaatkan.
Namun, pemain Irak berhasil memaksimalkan keunggulan postur tubuh. Gol pertama Irak bisa tercipta karena faktor itu. Saat Ruben Sanadi gagal menjangkau bola karena posturnya kurang mendukung, pemain lawan justru bisa memanfaatkannya.
Sementara itu, gol kedua dari titik penalti masih menjadi tanda tanya. Kesalahan Roby sesungguhnya tidak terlalu berat untuk diberi hukuman penalti. Namun, wasit memiliki pemikiran lain sehingga menjatuhkan penalti terhadap Indonesia.
Di babak kedua, Indonesia tampil berbeda. Mereka bermain dengan bola-bola pendek. Mereka seharusnya bermain seperti itu pada babak pertama. Penampilan timnas lebih baik dan memberi harapan. Mereka hanya kurang beruntung tidak bisa mencetak gol. Padahal, timnas memiliki banyak peluang.
Menurut saya, Indonesia seharusnya memang bermain dengan bola pendek. Dengan bermain seperti itu, saya yakin Indonesia mampu mengimbangi setiap lawan yang dihadapi. Bukannya saya membanding-bandingkan, tapi lihat saja timnas U-19 saat menghadapi Korea Selatan. Mereka berani bermain dengan bola-bola pendek.
Indonesia telah gagal, tapi penampilan timnas tak mengecewakan. Termasuk saat menjalani laga tandang, mereka kalah 0-1 dari Cina dalam cuaca yang dingin.
Sumber: Harian BOLA edisi Rabu 20 November
Editor | : | Ario Yosia |
Komentar