Cedera otot leher yang dialami pebulu tangkis tunggal putra Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon, membuat Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Susy Susanti kembali menyinggung soal padatnya jadwal turnamen BWF dalam setahun.
Sejak 2018, BWF telah menerapkan aturan baru bahwa setiap pemain yang menempati posisi 10 besar dunia, baik tunggal maupun ganda, wajib mengikuti 12 turnamen dalam setahun.
Kebijakan tersebut dinilai Susy berdampak kurang baik terhadap fisik pemain, dalam hal ini terkait cedera yang dialami Marcus.
"Dengan padatnya pertandingan, tentu ini menjadi hal yang sulit buat kami. Sekarang, BWF mengharuskan 10 besar pemain elite untuk ikut 12 turnamen open, belum lagi multi-event yang dalam setahun bisa ada 3 turnamen," kata Susy.
"Kalau nggak ikut, kami bisa didenda 5000 dolar AS. Makanya, kami berharap BWF bisa lebih bijaksana lagi. Jangan membebani pemain hanya karena sponsor. Kalau atlet tidak fit dan dipaksa bermain, kita malah mengorbankan pemainnya. Mereka kan bukan robot," ucap dia.
Baca juga:
- Kejurnas PBSI 2018 Jadi Momen Perpisahan Liliyana Natsir dengan PB Djarum
- Kejurnas PBSI 2018, Ajang Balas Budi Pebulu Tangkis Nasional kepada Klub
- Pemenang Divisi 1 Kejurnas PBSI 2018 Dapat Kesempatan Magang di Pelatnas
Susy kemudian menyatakan bahwa idealnya dalam setahun itu sebaiknya hanya diwajibkan 8-9 turnamen open.
Dengan jumlah turnamen tersebut, Susy yakin para pebulu tangkis memiliki waktu jeda istirahat yang cukup.
Peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 itu mengungkapkan bahwa hal serupa juga dikeluhkan oleh pebulu tangkis dari negara lain.
Editor | : | Nugyasa Laksamana |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar