Penyair termasyhur Nusantara, Pramoedya Ananta Toer, memaknai pejuang ialah mereka yang tak kenal lelah dan menyerah di setiap upayanya. Mungkin, kutipan tersebut sejalan untuk disematkan kepada ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, dan ganda putra, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.
Mengapa tidak? kedua ganda andalan Indonesia di nomor campuran dan putra itu mampu mempersembahkan gelar juara di Indonesia Terbuka 2018 pada final yang digelar Minggu (8/7).
Hasil melegakan yang digapai garda Indonesia di Istora. Mengingat, kali ini Indonesia mampu raih dua gelar di negeri sendiri, sama seperti perolehan gelar pada 2008 silam.
Owi/Butet, sapaan akrab Tontowi/Liliyana, memaksa finalis Olimpiade Rio 2016 asal Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, menyerah dengan skor, 21-17, 21-8, dalam final ajang yang bertajuk Blibli Indonesia Open 2018 yang didukung oleh Bakti Olahraga Djarum Foundation yang digelar di Istora, Senayan, Jakarta. Sebelumnya, Indonesia juga juara melalui perjuangan Owi/Butet, pada 2017.
Jatuh bangun Owi/Butet di lapangan berbuah jempolan. Dalam laga yang berlangsung 38 menit, Owi/Butet sanggup menjaga ritme menyerang dan bertahan dengan efesien.
Pasca euphoria kemenangan, mata Butet berkaca-kaca, seakan tak percaya bahwa gelar juara Indonesia Terbuka ketiganya juga memiliki makna perpisahan. Pasalnya, besar kemungkinan Indonesia Terbuka 2018 akan menjadi yang terakhir bagi Butet.
(Baca Juga: Thailand Open 2018 - 7 Wakil Indonesia Berhasil Raih Kemenangan pada Babak Kualifikasi)
"Buat saya, rasa senang dan sedih menjadi satu. Karena ini terakhir kali saya bermain di Indonesia Terbuka," ujar Butet, yang meraih emas Olimpiade Rio 2016 bersama Owi.
Sebagai pejuang, Owi/Butet, hanya memiliki satu pekerjaan rumah yang belum pernah mereka gapai, yakni emas di Asian Games (AG).
Butet percaya jika siapa yang memiliki amunisi lengkap dari segi mental, fisik dan teknik, itu akan keluar sebagai kampiun AG.
Editor | : | Imadudin Adam |
Sumber | : | - |
Komentar