Kisah pilu Pesepak bola Irak yang hidup di zaman Rezim Sadam Husein,diantara dua pilihan, menang atau disiksa hingga menang!
PestaAsia - Sepak Bola adalah satu dari banyak olahraga yang berhasil menyatukan sekaligus memecah belah suatu bangsa, dengan kata lain melalui sepakbola kerukunan satu negara bisa terjalin.
Namun, di sisi lain loyalitas dan aksi militan para suporter atas tim kebanggan mereka juga bisa menjadi pemicu terpecahnya suatu komunitas besar atas dasar loyalitas dan menjunjung kebanggaan mereka, dalam ranah bernama sepak bola.
Lantas bagimana dengan Irak, negara ini sempat menikmati masa pahit kala Saddam Husein berkuasa atas Irak, dan Sepak Bola juga merupakan salah satu hal yang harus diperjuangkan meski dengan darah sekalipun.
Uday Husein putra tertua dari Saddam Husein bertanggung jawab bertanggung jawab atas tim Irak dari 1984 hingga awal 2000-an dan di bawah pengawasannya, mereka memperoleh pengakuan internasional.
Sayangnya, di bawah Uday Hussein, penyiksaan pemain sepak bola dan kebrutalan mencapai tingkat kesedihan yang tak tertandingi.
Pemain dipukuli dan dihadapkan pada hari-hari perawatan kejam, mereka hidup dalam ketakutan bahwa Uday akan menyuruh seluruh tim sepakbola Irak dieksekusi jika mereka kalah.
Mantan pemain sepak bola Irak telah datang untuk berbicara tentang apa yang mereka alami dan apa yang telah terjadi pada mereka sejak hari-hari mereka di lapangan untuk Irak.
Kejahatan Uday Hussein mengeksploitasi atlet yang rentan dan menciptakan perbedaan mengejutkan antara adorasi yang mereka terima di lapangan dan kebrutalan yang mereka alami di belakang layar.
Salah satu mantan pemain sepak bola Irak bernama, Sharar Haydar, mengenang insiden atas penyiksaan pemain sepakbola setelah mereka kehilangan satu pertandingan ke Jordania.
Ia diseret menyeberangi trotoar dengan dua pemain lainnya, dimana penyiksaan itu adalah hal keji yang diterimanya semasa itu.
Haydar mengatakan, "Ia (Uday) menanggalkan kemeja kami, mengikat kaki kami bersama-sama dan menarik lutut kami di atas sebuah bar saat kami berbaring."
"Kemudian mereka menyeret kami di atas trotoar dan beton, menarik kulit dari punggung kami", Katanya.
Penyiksaan tidak berhenti di situ, dan Haydar dikurung di penjara dan dicambuk setiap hari.
Uday ingin mencontohkan para atlitnya dan menakut-nakuti massa dengan perlakuannya terhadap tokoh-tokoh publik, bayangkan apa yang akan dilakukannya pada orang biasa yang bahkan seorang pahlawan olahraga sekalipun diperlakukan dengan brutal.
Para pemain Irak sudah terbiasa dengan praktik Uday, dan berharap mereka menghabiskan waktu dipenjara daripada menjadi pemain bola.
Seorang Mantan pemain bernama Ahmed Redi juga mengatakan "Kami selalu bercanda tentang memiliki tiga rumah, pertama rumah kami sendiri, stadion, dan terakhir penjara."
Jika Uday tidak senang, pemain akan menemukan diri mereka di penjara selama berhari-hari atau berminggu-minggu pada suatu waktu. (Afif Khoirul Muttaqin)
Editor | : | |
Sumber | : | Intisari Online |
Komentar