Dalam 11 tahun terakhir, Azzahra Permatahani lebih banyak menghabiskan waktu di kolam renang untuk berlatih setiap harinya. Zahra, demikian ia biasa disapa, memang sudah jatuh cinta dengan olahraga air sejak berusia empat tahun.
Awalnya, sang ayah, Hanif Rusjdi, meminta Zahra untuk mengikuti jejak langkahnya sebagai atlet tenis meja saat masih berdomisili di Jakarta.
Sempat mencoba dan berlatih beberapa kali bersama ayahanda, Zahra pada akhirnya tetap berkeinginan mengikuti jejak para kakaknya, Amalia Puspita dan Alisya Purnama, yang merupakan eks atlet renang.
Zahra bahkan mengaku senang bukan kepalang ketika sang ayah akhirnya mendukung cita-citanya menjadi perenang. Hal ini terjadi tak lama setelah mereka pindah ke Pekanbaru.
Baca juga:
- Bidik 5 Besar PON Papua, Ketut Suwandi Kembali Pimpin KONI Bali
- 5 Strategi Akomodasi Papua dalam Menampung Peserta PON 2020
“Saya merasa beruntung memiliki keluarga yang cinta dengan olahraga. Sejak kecil saya selalu memperhatikan kakak berlatih. Saya jadi berpikir bawah latihan renang itu menyenangkan,” tutur Zahra saat ditemui di hotel ia menginap, Hotel Sunbreeze, Jakarta, belum lama ini.
Bakat hebat Zahra mulai tercium saat dia mencoba peruntungan dengan mengikuti tes kejuaraan renang yang langsung dipantau oleh pelatihnya saat ini, David Armandoni, tiga tahun lalu.
Tak dinyana, anak bungsu dari pasangan Hanif dan mantan atlet voli, Nunik Mahawati, dipilih David untuk dibawa berlatih di Jakarta.
“Ketika itu saya masih berusia 12 tahun dan tak berharap banyak bisa terpilih untuk dilatih langsung oleh coach David. Hasilnya, catatan waktu aku terus meningkat berkat jasa pelatih (David),” ucap Zahra.
Latihan demi latihan ia lalui dengan tekad yang tinggi bersama David. Pelatih asal Perancis itu melihat bakat Zahra tak hanya pada gaya renang bebas, melainkan pada nomor gaya ganti yang kini menjadi gaya andalannya.
Hasilnya, pada usia yang baru 15 tahun, Zahra sukses memecahkan dua rekor nasional (rekornas) yakni nomor 200 meter gaya ganti putri saat mengikuti Kejuaraan Akuatik Indonesia Terbuka dan 400 meter gaya ganti putri pada ajang SEA Games, Malaysia.
Bahkan, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia, Herlin Rahardjo, mengakui bahwa peningkatan prestasi pada usianya yang masih belia merupakan hasil kerja keras Zahra selama ini.
Herlin berharap, Zahra bisa terus meningkatkan performanya agar bisa menembus Olimpiade Tokyo 2020.
“Penampilannya luar biasa. Saya melihat bakat luar biasa dari anak ini dan akan diproyeksikan untuk ajang-ajang internasional di waktu mendatang. Salah satunya ialah di Olimpiade 2020,” ucap Herlin.
Sempat Putus Asa
Perjalanan untuk menjadi perenang masa depan Indonesia tak selalu berjalan manis untuk Zahra. Sekolah sekaligus berlatih dalam satu waktu sempat membuat dirinya patah arang dan merasa jenuh ketika berlatih.
“Saya suka sedih melihat teman-teman sejawat bermain bersama setelah sekolah, sedangkan aku masih harus datang ke kolam dan latihan,” ucap gadis yang hobi menggambar itu.
Statusnya kini masih berseragam kelas dua SMA Cendana Rumbai dan satu-satunya perempuan penghuni pelatnas renang. Pada usianya yang semakin matang, semangat Zahra untuk terus berprestasi tak pernah putus.
Menjelang Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang, Zahra tak mau menyia-nyiakan kesempatan mencuri pengalaman saat tampil pada ajang terbesar se-Asia di usianya yang masih sangat muda.
“Aku ingin mencoba perbaiki catatan waktu jika dipercaya turun di AG mendatang. Selain itu, target terdekat tentunya ingin tampil maksimal di Olimpiade Junior 2018 dan mencatatkan waktu lebih baik lagi,” ucap Zahra.
Editor | : | Diya Farida Purnawangsuni |
Sumber | : | Tabloid BOLA edisi 2.827 |
Komentar