Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Olimpian Berkat Jasa Guru

By Yakub Pryatama - Kamis, 14 Desember 2017 | 13:07 WIB
Muhammad Nasrullah, atlet loncat indah Indonesia spesialis nomor menara 10 meter.
YAKUB PRYATAMA/BOLASPORT.COM
Muhammad Nasrullah, atlet loncat indah Indonesia spesialis nomor menara 10 meter.

Musim 2009 menjadi masa terberat bagi atlet loncat indah putra, Muhammad Nasrullah.

Akibat salah tumpuan saat mendarat, kakinya sempat patah saat berlatih di kolam renang akuatik Senayan, Jakarta. 

Cedera itu dia dapat beberapa minggu menjelang tampil pada SEA Games (SEAG) 2009 Laos. Akan tetapi, atlet spesialis 10 meter menara
loncat indah putra ini tetap berlatih walaupun masih terbelenggu rasa sakit.

Usahanya tersebut tak membohongi hasil. Pria berusia 35 tahun itu tetap turun pada SEAG 2009 dan merengkuh satu medali emas bersama
tandemnya, Noor Husaini di nomor sinkronisasi putra 10 meter menara.

Kepiawaiannya meloncat di menara setinggi 10 meter memang tak muncul tiba-tiba.

Nasrullah kali pertama mengenal seni gerakan kelenturan tubuh yang dimainkan di suatu ketinggian air itu ketika dia masih kelas empat SD.

Sang guru olahraga SD Pekapuran, Banjarmasin, Mulyadi, melihat Nasrul berbeda dengan yang lain.


Sejumlah atlet loncat indah sedang berlatih di Aquatic Stadium, Senayan, Jakarta, Senin (4/12/2017) sore.(NUGYASA LAKSAMANA/BOLASPORT.COM)

Pelatih yang sudah dianggap sebagai bapak sendiri oleh Nasrullah adalah orang pertama yang memperkenalkannya dengan cabang olahraga loncat indah dan melatih Nasrul hingga dipanggil pelatnas pada 1997.

"Bapak Almarhum Mulyadi adalah pahlawan untuk karier saya. Beliau yang mengajak saya mengikuti turnamen-turnamen saat saya masih kecil," kata Nasrullah saat ditemui JUARA.net di Stadion Akuatik, Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (10/12/2017).

"Ia memberikan pengalaman berharga ketika saya diberi kesempatan mengikuti ajang di Jakarta pada 1994,"ujar Nasrul.

Duka dan bahagia

Pada medio 2000-an, karier Nasrullah terus menanjak bak meteor. Nasrul menjadi satu-satunya perwakilan kategori pria di nomor loncat indah yang
mewakili Indonesia pada Olimpiade Sydney 2000.

Hasilnya, ia sukses melenggang hingga semifinal. Capaiannya itu masih yang terbaik hingga saat ini.

"Momen 2000 tentu tak akan terlupakan. Tak hanya itu, penampilan terbaik saya juga terjadi di ajang SEAG 2009 dan 2013 (Myanmar) karena
dua kali berturut-turut saya bisa mengharumkan nama Indonesia," ucap Nasrul.

Baca juga:

Namun, setelah tampil hebat di Sydney, tampak raut wajah Nasrul lesu dan seakan tak percaya.

Saat hari terakhir sebelum pulang ke Tanah Air, kabar duka datang dari Banjarmasin. Sang ayahanda tercinta menghembuskan napas terakhirnya.

"Rasa bersalah itu tetap ada, kenapa saya tak pulang lebih awal. Saya tak sempat melihat keadaan terakhir papa," tutur Nasrul.

Kini, Nasrul terus menatap masa depan. Di usianya yang sudah tak muda lagi, Nasrul tetap ingin memberikan yang terbaik untuk Indonesia jika
masih diberikan kesempatan kembali ke pelatnas oleh pelatih kepala loncat indah, Harli Ramayani jelang Asian Games 2018.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Delia Mustikasari
Sumber : Tabloid BOLA edisi 2.826


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X