Setiap perubahan selalu menimbulkan pro dan kontra, termasuk penangguhan regulasi U-23 di Liga 1.
Penulis: ins/yan/buk
Tujuan utamanya barangkali menjaga mutu kompetisi sebagaimana disampaikan dalam surat keputusan PT LIB yang dirilis kepada wartawan, tapi tak semua pihak berpikiran serupa.
Madura United dan Borneo FC bahkan memandang penangguhan regulasi U-23 rawan ditunggangi kepentingan lain. Mereka curiga ada pihak-pihak yang mengambil kesempatan dalam kesempitan saat kompetisi mulai memasuki periode krusial.
Sekadar mengingatkan, Liga 1 menjadwalkan pekan ke-12 sampai 17 selama Juli sehingga setiap tim kemungkinan melakoni lima atau enam pertandingan. Tanpa penangguhan regulasi U-23, klub yang banyak menyetor pemain ke timnas U-22 tentu bakal keteteran karena mesti menurunkan pemain U-23 "kelas dua".
Ambil contoh Bali United. Klub berjuluk Serdadu Tridatu ini mesti melepas empat pemain, yakni Mohammad Dicky, Miftahul Hamdi, Ricky Fajrin, dan Yabes Roni Malaifani, sehingga berdampak cukup besar terhadap tim.
Kecuali Dicky, tiga pemain lain biasa mengisi starting line-up Bali United. Penangguhan regulasi U-23 mendatangkan keuntungan besar karena pelatih Widodo Cahyono Putro sementara dapat memasang pemain senior untuk menggantikan trio pemain timnas U-22 tersebut.
Baca Juga:
“Kekuatan kami sedikit pincang dengan dipanggilnya keempat pemain kami ke timnas, tapi secara keseluruhan penangguhan regulasi U-23 memang sangat menguntungkan semua tim Liga 1,” ujar Widodo.
Adapun timnas U-22 hanya "menggembosi" 13 klub. Terdapat lima kontestan Liga 1 yang sama sekali tak berkurang kekuatannya: Madura United, Pusamania Borneo FC, Sriwijaya FC, Semen Padang, dan Perseru Serui.
Tentu tidak hanya klub penyetor banyak pemain buat timnas yang diuntungkan dengan penangguhan regulasi ini. Beberapa tim lain, terutama yang memang menumpuk sejumlah pemain senior, boleh jadi turut merasa bersyukur.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar