Dualisme kompetisi kasta tertinggi di Indonesia yang terjadi pada 2011-2012 ternyata banyak memakan korban. Beberapa klub misalnya harus dijatuhi sanksi oleh PSSI lantaran berlaga di liga yang tak diakui federasi, salah satunya Persibo Bojonegoro.
Penulis: Ferry Tri Adi
Tiga klub yang dihukum federasi lantaran menyeberang ke Liga Prima Indonesia (liga tandingan Liga Super Indonesia) ialah Persebaya Surabaya, Persema Malang, dan Persibo Bojonegoro. Nama terakhir tidak kedengaran lagi kiprahnya dalam lima tahun terakhir.
Padahal, prestasi Laskar Angling Dharma, julukan Persibo, dalam satu dasawarsa terakhir tengah menanjak. Klub yang sempat dinaungi Samsul Arif Munip itu promosi ke Divisi Utama pada musim 2007-2008.
Pada 2009-2010, Persibo naik ke kompetisi kasta tertinggi Tanah Air setelah menjuarai Divisi Utama. Semusim berselang, Laskar Angling Dharma hijrah ke LPI lantaran adanya dualisme federasi.
"Kami juga fokus pada koreografi. Pada awal bergulir kembali Liga 3 tanggal 12 Juli, kami sudah merancang koreografi tiga dimensi.”
Arif Setiawan, Dedengkot Curva Nord 1949
Persibo pun menjuarai Piala Indonesia 2011-2012. Pada 2013, klub yang berdiri pada 1949 itu mewakili Indonesia di ajang Piala AFC.
Namun, pada tahun tersebut petaka datang ketika PSSI menghukum Persibo dengan tuduhan pengaturan skor kontra Sunray Cave JC Sun Hei (Hong Kong) di Piala AFC pada April 2013. Klub pun bubar seketika itu juga.
Pasalnya, federasi menjatuhkan sanksi larangan berkecimpung di sepak bola Indonesia seumur hidup.
Sekitar lima tahun vakum, Persibo bangkit lagi. Seusai kembali diakui PSSI, Laskar Angling Dharma berlaga di Liga 3. Hingga pekan ketiga Liga 3 sebelum jeda kompetisi, Khabib Syukron dkk bercokol di peringkat teratas Grup F.
Geliat sepak bola Bojonegoro juga kembali lagi setelah Persibo kembali. Stadion Letjen H. Soedirman kembali disesaki pendukung Persibo.
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar