Pelatih kepala tunggal putra dan tunggal putri Korea Selatan, Agus Dwi Santoso, menilai performa Son Wan-ho belum stabil. Meski sudah menjadi pemain nomor satu dunia, Son masih punya banyak pekerjaan rumah.
Son gagal menembus babak final turnamen BCA Indonesia Open Superseries Premier 2017 yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, 12-18 Juni.
Laju pemain yang menempati posisi unggulan kedua itu terhenti pada babak semifinal. Son kalah dari Kidambi Srikanth (India) dengan skor 15-21, 21-14, 22-24, Sabtu (17/6/2017).
"Son memang sudah menjadi pemain nomor satu dunia. Tetapi, secara permainan dan mental, dia belum menjadi pemain nomor satu dunia," tutur Agus seusai mendampingi pemain tunggal putri, Sung Ji-hyun, menjalani laga semifinal.
"Masih banyak yang harus diperbaiki oleh Son, terutama mentalnya. Dia harus bisa seperti Prannoy (Haseena Sunil Kumar) yang mampu mengalahkan Lee Chong Wei (Malaysia) dan Chen Long (China)," kata Agus lagi.
Lebih lanjut, Agus meyakini momentum Son sebagai pemain terbaik dunia akan muncul ketika dia mampu meraih kemenangan dari pemain-pemain juara.
"Satu kali dia bisa meraih itu, pasti mental dan kepercayaan dirinya langsung naik dan stabil," ujar Agus.
Son pertama kali merengkuh peringkat kesatu dunia pada 25 Mei 2017. Dia sempat turun satu peringkat pada 1 Juni lalu.
Namun, sepekan berselang, Son kembali menjadi pemain nomor satu dunia dengan raihan poin 70.308.
Son tercatat sudah mengikuti lima turnamen superseries pada tahun ini. Dari lima turnamen itu, pencapaian terbaik Son ialah babak semifinal.
Editor | : | Pipit Puspita Rini |
Sumber | : | - |
Komentar