Tidak adanya korelasi antara prestasi di Piala Konfederasi dan di Piala Dunia setelahnya tentu saja tidak lantas berarti Piala Konfederasi tidak berguna sama sekali. Tim-tim kontestan tetap bisa mengambil manfaat.
Penulis: Dwi Widijatmiko
Tim-tim yang akan lolos ke Piala Dunia bisa lebih dulu menjajal arena yang akan dipakai dengan tampil di Piala Konfederasi setahun sebelumnya. Biasanya, Piala Konfederasi memakai sekitar separuh dari stadion yang akan digunakan di Piala Dunia.
Kontestan Piala Konfederasi juga punya lebih banyak keleluasan untuk menjajal pemain baru yang diharapkan bisa menjadi andalan di Piala Dunia. Soalnya, tekanan untuk menang di Piala Konfederasi tak sebesar Piala Dunia maupun turnamen kontinental.
Baca Juga:
- Sriwijaya FC Boyong 22 Pemain untuk Hadapi Persija
- Persibo Bojonegoro Siap Jadi Lawan Tanding Timnas U-19
- Persija Vs Sriwijaya FC, Adu Taktik Eks Pelatih Fisik Asal Brasil
Bicara menjajal pemain, Gerard Pique mungkin bisa disebut sebagai "alumnus" Piala Konfederasi paling sukses. Piala Konfederasi 2009 merupakan turnamen pertama Pique bersama timnas Spanyol.
Sebelum turnamen itu, Pique baru mengoleksi tiga cap. Debutnya buat La Furia Roja bahkan baru dilakukan empat bulan sebelum Piala Konfederasi.
Spanyol saat itu kebetulan berada di Grup A yang tidak terlalu berat. Mereka hanya bersaing dengan Irak, Selandia Baru, dan Afrika Selatan. Pelatih Vincente del Bosque pun jadi berani memaksimalkan Pique.
Bek Barcelona itu menjadi starter dalam empat dari lima partai Spanyol di Piala Konfederasi 2009. Dianggap lulus ujian, Pique menjadi bek tengah utama Spanyol di Piala Dunia setahun kemudian.
Sisanya adalah sejarah. Pique membawa Spanyol menjuarai Piala Dunia 2010 dan Euro 2012, lantas terus menjadi bek andalan Spanyol sampai sekarang.
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.777 |
Komentar