Barangkali Jerman sudah membuat keputusan tepat dengan membawa tim lapis kedua ke Piala Konfederasi 2017. Tidak perlu serius di turnamen ini. Santai saja, karena Piala Konfederasi tidak membawa pengaruh bagi peluang juara sebuah tim di Piala Dunia yang berlangsung setelahnya.
Penulis: Dwi Widijatmiko
Hipotesis gampang itu muncul jika menyimak korelasi antara Piala Konfederasi dan Piala Dunia. Piala Konfederasi adalah pemanasan untuk Piala Dunia. Teorinya, jika sebuah tim tampil bagus di Piala Konfederasi, mereka juga bakal oke di Piala Dunia.
Kenyataannya tidak seperti itu. Bagus di Piala Konfederasi bukan lantas sebuah tim akan sukses di Piala Dunia. Faktanya malah belum ada tim juara Piala Konfederasi yang kemudian berhasil menyandingkan trofi tersebut dengan Piala Dunia.
Baca Juga:
- Addison Alves Bicara Pelatih Persipura
- Striker Persib U-19 Mulai Nyaman di Tim Senior
- Bejo Sugiantoro Siap Lakoni Laga Emosional Lawan Persebaya
Tren tersebut sudah terjadi sejak turnamen masih memakai nama Piala Raja Fahd. Juga berlaku untuk turnamen-turnamen Piala Konfederasi yang dulu tidak dilangsungkan setahun sebelum penyelenggaraan Piala Dunia.
Pencapaian terbaik tim juara Piala Konfederasi hanya final Piala Dunia. Seperti ada kutukan karena walaupun mencapai final Piala Dunia, tim juara Piala Konfederasi itu lantas mengalami kekalahan dengan bumbu cerita menyakitkan.
Brasil adalah juara Piala Konfederasi 1997. Di final Piala Dunia 1998, mereka dibantai Prancis 0-3 dengan diwarnai sakit aneh yang diderita bintang nomor satunya, Ronaldo.
Prancis adalah korban lain kutukan tersebut. Menjuarai Piala Konfederasi 2003, Les Blues kalah dari Italia di final Piala Dunia 2006 lewat adu penalti.
Pada laga itu pula, pemain legendaris Prancis, Zinedine Zidane, pensiun sebagai pesakitan setelah dikartu merah gara-gara menanduk dada bek Italia, Marco Materazzi.
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.777 |
Komentar