Bila tahun lalu menang dan tahun ini tidak menang tapi masih bisa naik podium, mungkin hal itu bisa dimaklumi. Namun, bila judulnya adalah kalah telak, ini yang tak masuk akal. Itulah yang sekarang ada di benak Valentino Rossi.
Penulis: Arief Kurniawan
Dua balapan yang paling membuat The Doctor bingung terjadi di Negeri Matador, GP Spanyol di Jerez dan GP Catalunya di Catalunya. Rossi adalah pemenang balapan di kedua sirkuit tersebut pada 2016.
Di Jerez, Rossi bahkan membuat sesuatu yang belum pernah ia lakukan sebelumnya, memimpin balapan dari start hingga finis. Sementara di Catalunya dia mengalahkan Marc Marquez.
Yang membuat Rossi bingung adalah dia masih menggunakan motor yang sama, Yamaha; tidak pindah tim, seperti Jorge Lorenzo yang hijrah ke Ducati. Hal ini bukan berarti motor Yamaha M1 jelek karena faktanya masih memimpin klasemen pabrikan, tetapi semata belum ada kecocokan.
“Kedua sirkuit itu adalah kesukaan saya dan saya berekspektasi besar sebelum balapan. Namun, faktanya saya banyak mengalami kesulitan saat tampil di Jerez dan Catalunya,” kata Rossi di situs Moto.it.
Di Jerez tahun lalu saat menang, Rossi finis 2,386 detik di depan Lorenzo. Tahun ini dia finis di posisi 10 dan terpaut 38,682 detik dari sang pemenang, Dani Pedrosa.
Di Catalunya, kisahnya lebih kurang sama. Rossi menang dan finis 2,652 detik lebih dulu dari Marquez. Itu tahun lalu. Musim ini dia mesti melihat rekan senegaranya, Andrea Dovizioso, menang dan unggul 20,821 detik atas dirinya, yang finis di posisi 8.
Kehilangan Sensasi
Satu hal yang paling dirasakan Rossi kurang mantap adalah ketika memasuki tikungan. Bersama M1 2017 dia selalu merasa mengalami kesulitan sebelum menikung.
“Saya kehilangan sensasi seperti bersama M1 2016. Dampaknya saya mesti mengerem dengan lebih keras karena tidak ada traksi ban belakang. Hal itu membuat saya sangat lelah,” ujarnya.
Walau Maverick Vinales juga sama-sama mengalami kesulitan di Jerez dan Catalunya, Rossi menilai rekan setimnya itu secara umum masih lebih baik dalam mengoptimalkan paket M1 2017.
Yang diakui Yamaha adalah ketika balapan di suhu sangat panas (Jerez 28 derajat dan Catalunya 27 derajat celsius) plus grip rendah, di situlah mereka menjumpai kesukaran.
Yang menarik juga adalah selepas balapan di kedua sirkuit itu, Yamaha beserta tim-tim lain melakukan tes di tempat yang sama. Pada tes itu mereka mengakui langsung menemukan problem kenapa kalah telak saat balapan.
Nyatanya, pada kasus Jerez yang digelar lebih dulu, masalah itu terulang lagi di Catalunya. Artinya, apa yang mereka temukan sebagai solusi balapan di suhu panas dan grip rendah tidak seratus persen teratasi.
Kerangka baru M1 yang dites seusai GP Catalunya diharapkan Rossi bisa memperbaiki performanya. “Saya merasa lebih enak dengan motor ini,” katanya.
Balapan terdekat adalah GP Belanda di Assen, sirkuit kesukaan Rossi lainnya. Bila pebalap berusia 38 tahun ini tidak juga kompetitif, mungkin kebingungan itu akan bertambah lama.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.777 |
Komentar