Pada era 1990-an, penikmat sepak bola nasional familier dengan nama I Made Pasek Wijaya. Gelandang sayap asal Bali ini merupakan langganan tim nasional sejak tingkatan pelajar hingga senior.
Penulis: Yan Daulaka
Karier Made Pasek Wijaya memang telah berakhir pada pertengahan 2000-an. Tetapi, kini aksinya kembali bisa dinikmati dalam bentuk lain, yakni sang putra, I Made Andika Pradana Wijaya, yang tak lain bek kanan Bali United.
Made Andika mengingatkan orang terhadap sosok ayahanda karena ia memiliki gaya main serta menempati posisi menyerupai Pasek Wijaya. Pemuda yang akrab disapa Otong ini mencuri atensi publik Pulau Dewata lantaran seringkali mengisi susunan starter Bali United.“Saya rasa tahun depan Made Andika bisa menembus timnas. Dia punya prospek dan malah lebih bagus dari ayahnya
“Saya rasa tahun depan Made Andika bisa menembus timnas. Dia punya prospek dan malah lebih bagus dari ayahnya.'
Pelatih Bali United, Widodo Cahyono Putro
Total, ia sudah melahap delapan pertandingan (618 menit) hingga pekan ke-11. Sebanyak tujuh di antaranya bahkan masuk susunan starting line-up Bali United bersama tiga pilar belia lain, Miftahul Hamdi, Ricky Fajrin, dan Yabes Roni Malaifani.
Konsistensi Otong menuai pujian dari pelatih Bali United, Widodo Cahyono Putro. Mantan juru taktik Sriwijaya FC tersebut sampai berani memberi garansi bahwa anak asuhnya berpotensi menapaki jejak sang ayah menjadi tulang punggung timnas suatu saat nanti.
“Saya rasa tahun depan Made Andika bisa menembus timnas. Dia punya prospek dan malah lebih bagus dari ayahnya,” ucap Widodo, yang notabene merupakan rekan Pasek Wijaya di Tim Merah-Putih.
Otong adalah putra ketiga Pasek Wijaya. Dia lahir di Jakarta saat sang ayah memperkuat Pelita Jaya. Setelah menghabiskan enam tahun di ibu kota, dia baru menginjakkan kaki di tanah leluhur dan mulai merintis jalan sepak bola di Sekolah Sepak Bola (SSB) Guntur.
Selama menimba ilmu di SSB Guntur, sebagian besar waktu Otong lebih banyak ditemani oleh sang paman, I Made Sonny Kawiarda, lantaran Pasek Wijaya masih aktif di lapangan hijau dan sering meninggalkannya.
Di bawah bimbingan Sonny, yang berstatus eks pemain Perkesa Mataram dan mantan pelatih Persegi Gianyar, kemampuan olah bola Otong kian berkembang. Dia juga menjadi lebih mandiri dan berkarakter lugas serta tanpa kompromi, seperti sang ayah.
“Kalau dia terus bersama saya, saya yakin belum tentu dia jadi pesepak bola. Mungkin karena pamannya yang lebih sabar dan telaten membimbing serta membentuk karakternya hingga bisa seperti sekarang bermain di Liga 1,” ujar Pasek Wijaya.
Darah sepak bola Otong memang tak cuma berasal dari Pasek Wijaya dan Sonny Kawiarda, melainkan paman-pamannya yang lain seperti Oka Wisnawa (bek timnas U-16 era 2000-an) serta Ngurah Jayan Jaya (pilar timnas U-22 era 1990-an).
Sementara itu, nama Otong rupanya bukan hanya menjadi bahan pembicaraan publik Bali saja, tetapi juga seantero Tanah Air pasca pertandingan kontra Persib, 8 April 2017. Tampilan paling keren adalah saat ia mematikan pergerakan Febri Hariyadi.
“Made Andika sudah mulai menemukan bentuk permainan terbaik. Hal itu harus terus diasah dalam latihan. Namun, sebagai orang tua sekaligus bagian dari tim pelatih, saya tak henti mengingatkan agar dia tidak cepat berpuas diri,” ucap Pasek Wijaya.
Baca Juga:
- Claudio Ranieri Resmi Latih FC Nantes
- Cerita Kiper Perseru tentang Surga Kecil di Papua
- Tumbangkan Unggulan, Della/Rosyita Melaju ke Perempat Final
Bangga dan Beban
Otong menyadari dirinya menjadi harapan keluarga besar, terlebih sang ayah yang juga tergabung di Bali United. Sebagai generasi terbaru, dia merasa bangga bisa meneruskan kiprah ayah dan paman-pamannya.
“Saat ini dalam keluarga cuma saya yang masih meneruskan karier sebagai atlet. Tentunya saya bangga dan punya tekad besar untuk membuat semua keluarga senang dengan pilihan saya ini,” kata penyandang nomor punggung 33 ini.
Namun, beban juga dirasakan Otong. Pasek Wijaya selaku asisten pelatih Bali United tentu tidak ingin melihatnya tampil jelek. Cara terbaik membuat ayahnya senang dan bangga adalah dengan berlatih keras.
“Saya tidak mau dilihat orang hanya karena anaknya Pasek Wijaya. Saya selalu ingin memberi bukti bahwa saya layak dan apa yang saya dapat adalah buah dari kerja keras dan niat besar untuk menjadi pemain sehebat ayah,” tutur Otong penuh harap.
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar