Apa yang diharapkan suporter Manchester United ketika melihat harga 35 juta euro (sekitar Rp 520 miliar) untuk seorang Victor Lindelof?
Mereka tentu memendam asa agar Lindelof menapaktilasi jejak Rio Ferdinand, yang menjadi pemain belakang termahal Manchester United ketika direkrut 14 tahun lalu.
"Dia merupakan pemain cepat, memiliki kepercayaan diri ketika menguasai bola, dan sangat kuat," tutur kompatriot Lindelof yang pernah membela Manchester United, Jesper Blomqvist.
"Pembanding terbaik buat Lindelof adalah Rio Ferdinand dan Ronny Johnsen," katanya.
Lebih dari satu dasawarsa berseragam Setan Merah, julukan klub, Ferdinand menjadi andalan di lini belakang. Dia juga berkontribusi untuk enam gelar Premier League - kasta teratas Liga Inggris - dan satu trofi Liga Champions.
Baca: Victor Lindelof di Antara Pertahanan Bernilai Rp 3,1 Triliun
7.45% - Southampton had the worst shot conversion rate in the Premier League last season (7.45%). Frustration.
— OptaJoe (@OptaJoe) June 15, 2017
"Jose Mourinho is a great coach," says @VLindelof. "For me to be able to work with him is a great opportunity." #HejVictor pic.twitter.com/lVLbamTprf
— Manchester United (@ManUtd) June 15, 2017
Hanya, fakta belakangan justru berbanding terbalik. Harga mahal justru kerap berujung gagal. Silakan menengok ke seberang atau Stadion Etihad, markas Manchester City.
Dalam tiga tahun terakhir, Manchester City tercatat memecahkan tiga rekor transfer pemain belakang sepanjang sejarah klub. Ada Eliaquim Mangala, Nicolas Otamendi, dan John Stones.
Dari tiga nama tersebut, mungkin hanya Otamendi tergolong sukses. Dia selalu menjadi pilihan reguler setiap musimnya. Adapun Mangala dan Stones menorehkan sejumlah rapor merah.
Pada 2014-2015 atau musim debutnya, Mangala justru menjadi titik lemah. Dia menjadi pemain belakang Man City yang paling banyak melakukan kesalahan di liga.
Tidaklah mengherankan apabila sosok asal Perancis itu diasingkan dengan status pinjaman ke Valencia sejak tahun lalu.
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | Transfermarkt, Sky Sports, Telegraph, Squawka |
Komentar