"Alhamdulillah saya bisa bermain bola lagi. Saya tidak tahu mesti melakukan apa bila tidak menjadi pesepak bola." Kalimat lirih itu diucapkan Zainal Haq sembari menatap jauh entah ke mana.
Penulis: Andrew Sihombing
Pemuda kelahiran Sidoarjo ini memang patut bersyukur. Sekitar lima tahun silam, Zainal Haq sempat mengalami cedera lutut parah dan bahkan sempat diperkirakan kariernya bakal habis.
Cedera tersebut jelas merupakan pukulan yang luar biasa telak. Ketika itu, jebolan tim SAD Indonesia ini tengah digadang-gadang sebagai salah satu bek masa depan Indonesia.
"Setelah cedera parah itu, saya juga sempat cedera lagi. Saya sabar saja menjalani terapi demi terapi dan pelan-pelan bisa kembali bermain seperti dulu. Alhamdulillah sekarang sudah sembuh," katanya beberapa waktu lalu.
Zainal mengaku kesabarannya tak lain karena dorongan Rahmad Darmawan. Eks pelatih timnas Indonesia U-23 inilah yang memotivasinya untuk menjalani terapi.
"Coach RD yang menelepon saya untuk terapi di Malang ketika dia melatih Arema. Saya menjalani terapi tanpa mengeluarkan biaya. Padahal, kalau membayar, pasti biayanya mahal. Ketika itu sebenarnya saya sudah frustrasi dan sempat tidak mau bermain bola lagi. Tanpa coach RD saya mungkin tidak bermain bola lagi," katanya.
Zainal mengaku kondisinya saat ini sudah betul-betul fit. Trauma akibat cedera lama pun tak lagi menghantuinya.
Hal ini yang membuat bek tengah berusia 25 tahun tersebut masih melihat peluangnya kembali mengenakan seragam timnas.
"Timnas adalah harapan semua pemain, termasuk saya," ucapnya.
Klasemen Sementara Liga 1 Per Tanggal 12 Juni 2017 Pekan 10.#persela #cojt #perselalamongan pic.twitter.com/vOSTvTq2lo
— PerselaFC (@PerselaFC) June 12, 2017
Teror
Di mata Zainal, rasa terima kasih bukan cuma dialamatkan pada Rahmad. Ia pun bersyukur dipanggil memperkuat Persela.
"Persela adalah kesempatan kedua buat saya," tuturnya.
Bersama Persela, nama Zainal memang mulai menanjak kembali. Tujuh laga sudah dilakoninya bersama Laskar Joko Tingkir di Liga 1.
"Saya memang tidak selalu tampil sebagai starter. Mungkin karena pelatih mempertimbangkan faktor rotasi, juga bisa jadi karena saya melakukan kesalahan di permainan. Tapi, saya pribadi merasa sudah memberikan yang terbaik bagi Persela," katanya.
Zainal tentu patut lebih bersyukur lagi mengingat Persela dilatih oleh Heri Kiswanto. Mantan palang pintu timnas era 1980-an ini tentu paham cara mengembangkan kemampuan Zainal.
Karena itu, di klub asal Lamongan inilah Zainal bertekad merebut kembali cinta penikmat bal-balan nasional seperti yang pernah dirasakannya dulu.
Zainal bukan satu-satunya pemain yang demikian. Lihat saja skuat Persela musim ini, diisi oleh sederet pemain yang sempat menjadi idola di klub lain.
Samsul Arif sempat menjadi bintang di sejumlah klub besar seperti Arema dan Persib. Eka Ramdani merupakan idola di Persib, Semen Padang, hingga Sriwijaya FC. Adapun Juan Revi selalu punya tempat spesial di hati Aremania.
Baca Juga:
- Andre Silva, Rekor Termahal Kedua AC Milan
- Mantan Striker Persib Gagal Selamatkan Timnya di Liga Spanyol
- Striker Baru AC Milan Ini Direkomendasikan Cristiano Ronaldo
Bersama-sama mereka berjuang keras untuk menciptakan peluang bagi top scorer kompetisi, Ivan Carlos (7 gol). Tentu selain berusaha memaksimalkan sendiri peluang yang ada, seperti diperlihatkan Samsul lewat koleksi tiga golnya.
Luapan cinta ini yang membuat mereka kembali merasakan indahnya sepak bola, terutama lewat kemenangan di laga kandang.
Sejauh ini, Persela memang kerap menjadi pembunuh tim-tim raksasa yang bertandang ke Lamongan.
Rabu (16/6/2017), satu lagi tim besar menyambangi Stadion Surajaya, yakni Persipura. Kendati dianggap berada di level yang berbeda, tekad untuk memuaskan LaMania akan membuat Persela tak bisa dipandang sebelah mata.
Carlos akan kembali menjadi teror bagi Ricardo Salampessy cs di lini pertahanan tim tamu. Ketiadaan Boaz Solossa, yang menerima kartu merah saat menghadapi Madura United, jelas menjadi keuntungan bagi tuan rumah.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar