Keputusan FIFA menunjuk Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 sudah menjadi polemik sejak diumumkan pada 2010. Awal pekan ini, keraguan tersebut muncul lagi seiring keputusan lima negara Arab memutus hubungan diplomatis dengan negara mungil tersebut.
Keraguan muncul karena berbagai masalah, mulai dari suhu padang pasir yang bisa mencapai 50 derajat celcius pada saat pagelaran Piala Dunia, dugaan money politics hingga eksploitasi tenaga kerja pembangun stadion.
Namun, FIFA tak pernah menggubris terlalu besar masalah-masalah tersebut.
Badan tertinggi sepak bola dunia itu memang punya sejarah bersikap santai terhadap problema di negara host.
Pada 1978, FIFA tak keberatan ketika junta militer menyiksa dan membunuh tahanan politis. Piala Dunia 2010 dan 2014 bergulir di tengah kritik keras terhadap masing-masing kepala negara di Brasil (Dilma Rousseff) dan Afrika Selatan (Jacob Zuma).
Barulah pada awal pekan ini perhatian FIFA ke Qatar tak bisa terpalingkan lagi. Mesir, Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Yaman memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar pada awal pekan ini.
Situasi panas tersebut terjadi setelah Qatar dituduh mendukung terorisme dan membuat region Timur Tengah tidak stabil.
Baca Juga:
- Pemain yang Paling Susah Diatur di Mata Fabio Capello
- Christian Eriksen: Tak Banyak Pemain yang Bisa Menolak Barcelona
- Penyesalan Zinedine Zidane terhadap Satu Pemain Real Madrid
Perbatasan darat satu-satunya Qatar, dengan Arab Saudi, telah ditutup. Akses ke negara yang mengimpor 99 persen pasokan pangan mereka itu pun menjadi kian sulit setelah beberapa maskapai menghentikan layanan.
FIFA telah melakukan kontak dengan panitia penyelenggara lokal. Namun, mereka menolak untuk menjelaskan lebih lanjut pembicaraan yang telah terjadi.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | USA Today |
Komentar