Ada masanya, kota Muenchen tidak hanya dikuasai klub Bayern Muenchen. Hingga awal era 2000-an, FC Bayern kudu berbagi kekuasaan dengan TSV 1860 Muenchen.
Pada masa kejayaannya, 1860 Muenchen termasuk klub papan atas yang ikut bersaing memperebutkan gelar Deutscher Meister. Pada akhir kompetisi 1999-2000, klub berjulukan Die Loewen atau sang singa ini bahkan sukses finis di peringkat empat klasemen Bundesliga dan merebut satu tiket ke babak Kualifikasi III Liga Champions.
Namun pada pengujung musim 2003-2004, 1860 Muenchen terlempar ke Bundesliga 2. dan tak pernah bisa kembali ke liga divisi utama Jerman lagi.
Berulang kali berganti pelatih, tapi tak ada satu pun yang mampu mengangkat prestasi klub tersebut. Alih-alih kembali ke Bundesliga, 1860 Muenchen justru terperosok ke Liga Divisi III Jerman pada akhir musim 2016/17.
Mereka mengakhiri kompetisi di peringkat 16 setelah hanya menorehkan sepuluh kemenangan dari 34 partai. Pada babak play-off, 1860 Muenchen kalah dari Jahn Regensburg dengan agregrat 1-3.
Menurut situs ESPNFC, sempat terjadi keributan dalam pertandingan play-off promosi/degradasi leg kedua antara 1860 Muenchen versus Jahn Regensburg yang digelar di Allianz Arena (30/5/2017). Suporter yang kecewa mengamuk.
"Tidak ada satu pun di klub ini yang mengira atau menginginkan kami terdegradasi ke Divisi III. Kami menyadari, skenario semacam ini tak dapat diterima bagi seluruh keluarga besar 1860 Muenchen. Sayangnya, ada pecundang di situasi semacam ini," demikian pernyataan yang dirilis situs resmi 1860 Muenchen.
Sialnya, masalah 1860 Muenchen tidak sebatas terdegradasi. Mereka juga menghadapi ancaman kehilangan lisensi untuk tampil di liga sepak bola Jerman.
Investor asal Yordania, Hasak Ismaik, seakan menghilang. Hingga kini ia belum melunasi pembayaran kepada Federasi Sepak Bola Jerman (DFB).
Pihak DFB mematok batas waktu hingga Jumat (2/6/2017), bagi 1860 Muenchen untuk membayar dana lima juta euro atau saat ini setara dengan 74,8 miliar rupiah. Dana tersebut harus dibayarkan agar 1860 Muenchen mendapat lisensi untuk bermain di kompetisi resmi Jerman.
"Lisensi tidak bisa dipertahankan kecuali ada pembayaran dari Tuan Ismaik," jelas Wakil Presiden DFB, Rainer Koch.
Sejak berdiri pada 17 Mei 1860, klub yang juga bermarkas di Allianz Arena ini sempat menjuarai Bundesliga pada musim 1965-1966 dan menjadi runner-up pada 1931, 1966-1967. Mereka meraih gelar juara DFB Pokal pada 1942 dan 1964, plus menjadi runner-up Piala Winner pada 1964-1965.
Kini salah satu klub yang berpartisipasi di Bundesliga edisi perdana tersebut terancam tak bisa lagi mengikuti kompetisi.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | ESPN. Bild |
Komentar