Unai Emery dan Paris Saint- Germain patut berterima kasih kepada bek Senegal milik Angers, Issa Cissokho, yang mestinya tidak dengan rela hati membuat gol bunuh diri. Gol itu terjadi pada pengujung babak kedua dan membuat PSG bisa menjadi juara Coupe de France untuk ke-11 kalinya.
Penulis: Dian Savitri
Jumlah itu satu lebih banyak dibanding Marseille. Final yang digelar di Stade de France, Saint Denis, pada 27 Mei itu mempertemukan Angers – yang terakhir kali main di final 60 tahun lalu – dengan PSG, juara bertahan dua kali beruntun.
Ditambah Coupe de France, berarti Emery mempersembahkan tiga trofi pada musim pertamanya sebagai pelatih PSG. Dua sebelumnya adalah Trophee des Champions dan Coupe de la Ligue. Tiga trofi level itu beken dengan julukan Mickey Mouse Treble.
Apa pun itu, yang penting Emery sangat bahagia. PSG bisa mengakhiri musim medioker yang mereka alami sepanjang 2016/17. Tidak mendapat juara liga, tersingkir juga dari Liga Champion pada 16 Besar.
Pada final itu, PSG mendominasi permainan, seperti yang bisa dilihat pada statistik.
Memasuki akhir pertandingan final edisi ke-100 itu, Cissokho – kakak bek Prancis yang bermain di Aston Villa, Aly Cissokho – kewalahan ketika dipepet oleh gelandang PSG, Blaise Matuidi, di dekat gawang, yang menyebabkan sepak pojok.
Cissokho lantas menyundul bola dengan bagian belakang kepalanya, ‘menerima’ sepak pojok dari Angel Di Maria.
Baca Juga:
- Ini Alasan Luis Milla Tak Panggil Ezra Walian
- Jika Madrid Juara, Gareth Bale Tercatat dalam Sejarah
- Daftar 22 Pemain Timnas untuk Laga Versus Kamboja dan Puerto Riko
“Merupakan kemenangan yang penting. Setelah ini, kami akan menganalisa apa yang harus dikembangkan atau diubah agar kami bisa berbuat lebih baik di liga dan Liga Champion musim depan,” kata Emery, seperti dikutip dari situs resmi Ligue 1.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar