SEA Games (SEAG) akan digelar kurang dari tiga bulan lagi. Basket menjadi salah satu cabang yang dipelatnaskan menuju ajang multievent dua tahunan se-Asia Tenggara itu.
Penulis: Persiana Galih
Filipina yang merupakan raksasa basket Asia Tenggara dipastikan akan menjadi lawan tangguh.
Indonesia harus puas meraih medali perak pada SEAG Singapura 2015 karena dikalahkan Filipina di final dengan skor 64-72.
Kekalahan itu memang masih membayangi timnas basket Indonesia yang dipersiapkan ke SEAG 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia, 19- 30 Agustus.
Apalagi, Indonesia juga dikalahkan Filipina di Turnamen Bola Basket Asia Tenggara (SEABA).
Namun, Ketua Umum Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) Danny Kosasih mengatakan bahwa bukan hanya Filipina yang akan menghalau impian Indonesia mengejar medali emas SEAG, tetapi juga Thailand.
"Thailand sepertinya akan menjadi ancaman baru. Kalau Singapura dan Malaysia sepertinya masih bisa kami atasi," ujarnya.
Pada SEAG 2015, tim basket Thailand pulang dengan tangan hampa karena hanya berhasil menduduki peringkat empat.
Mereka digempur Filipina di semifinal dengan skor 80-75. Sementara di SEABA 2017, Thailand menduduki peringkat ketiga di bawah dengan perolehan poin 10 karena mengalami dua kekalahan dari Filipina dan Indonesia.
Menurut Danny, penampilan Thailand di SEABA sudah mengalami banyak perubahan.
"Kami tidak bisa memandang sebelah mata timnas Thailand. Mereka unggul dalam beberapa hal, termasuk dari segi postur tubuh," tuturnya.
Postur tubuh pemain Thailand dinilai lebih besar dari Indonesia. Meski sebenarnya Indonesia memiliki banyak stok pemain berpostur besar, seperti Christian Ronaldo Sitepu, Arki Dikania Wisnu, dan Adhi Pratama Prasetyo.
Pada Rabu (24/5/2017), timnas basket Indonesia sudah menggelar pelatnas di Kawasan Bumi Serpon Damai (BSD), Tangerang. Pemusatan latihan rencananya akan digelar hingga awal Juni.
Belajar dari Asing Meski lawan berkembang, Perbasi tetap optimistis mewujudkan mimpi meraih emas di SEAG. Karena itu, rencana berlatih di luar negeri pun dibuat.
Baca Juga:
"Rencananya, tim putra akan dikirim ke AS dan putri akan berangkat ke Korsel," kata Danny.
Kabarnya, proposal pengiriman timnas ke luar negeri sudah diterima Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima).
Namun, belum ada respons dari Prima. Belajar pada pebasket asing memang menjadi sebuah kebutuhan bagi timnas Indonesia meski para pemain sudah banyak belajar ketika berinteraksi dengan para pemain asing pada IBL 2017.
"Dampak dari kedatangan pemain asing di IBL sangat terasa. Kemampuan finansial yang terbatas membuat kami tidak dapat mendatangkan pemain asing yang mahal itu justru menjadi sebuah kebaikan," tutur Danny.
Ya, upah pebasket asing IBL tak boleh lebih dari 3 ribu dollar AS (sekitar Rp 40 juta) dan berbaur dengan pemain lokal karena kualitasnya tak terlalu jauh.
Menurut Danny, jika pemain asing yang didatangkan tarifnya mencapai 15-20 ribu (dolar AS), pemain Indonesia hanya akan menjadi pendukung saja.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar