Tak ada titel juara bagi Atletico Madrid musim ini. Kendati demikian, Los Colchoneros tetap bisa meninggalkan musim 2016/17 dengan kepala tegak plus memberikan salam perpisahan indah kepada kandang legendaris, Vicente Calderon.
Penulis: Sem Bagaskara
Atletico mengakhiri La Liga musim ini dengan berada di peringkat tiga. Pencapaian itu seperti tak layak disebut prestasi lantaran sejak pelatih Diego Simeone melakoni masa kerja penuh pada 2012/13, Los Colchoneros selalu mampu finis di tiga besar.
Namun, penampilan konsisten duo raksasa, Real Madrid dan Barcelona, plus lesatan Sevilla besutan Jorge Sampaoli menjadikan pencapaian Atletico musim ini terasa lebih spesial.
"Sevilla punya peluang besar lolos langsung ke Liga Champions," tutur Simeone pada Januari silam terkait kans timnya finis di posisi tiga, yang berhadiah tiket ke fase grup LC 2017/18.
Pantang Menyerah
Bukan Atletico asuhan Simeone namanya jika tak punya semangat pantang menyerah. Los Colchoneros sempat terpaut sembilan angka dari Sevilla, yang menghuni peringkat tiga. Jarak itu pelan-pelan bisa mereka pangkas.
"Oe, oa, Sevilla tak berada di Liga Champions," itulah yel-yel yang dinyanyikan fan Atletico saat tim kesayangan mereka menjamu Sevilla pada pekan ke-28 di Vicente Calderon.
Maksud nyanyian suporter Atleti adalah menyindir Sevilla, yang disingkirkan Leicester pada babak 16 besar LC musim ini. Tapi, konteks lantas melebar karena Atletico menang 3-1 pada pertandingan itu.
Baca Juga:
- Berkat Kekalahan Arsenal, Sinar Granit Xhaka Muncul Musim Ini
- Tangisan Petinggi PSS Sleman untuk Pemain Elang Jawa
- Ezra Walian Punya Standar untuk Tentukan Klub Baru
Kemenangan atas Sevilla membangkitkan kepercayaan diri Atleti untuk mengejar posisi ketiga. Antoine Griezmann dkk. akhirnya sukses menyalip Sevilla pada pekan ke-29 dan terus berada di posisi ketiga sampai akhir musim.
Seperti doa fan Los Colchoneros, Sevilla yang finis di undakan keempat bisa saja gagal lolos ke LC musim depan lantaran klub Andalusia itu harus lebih dulu bertempur di fase play-off.
Fan kian terhibur karena pada partai penutup musim di Vicente Calderon, Atleti menang 3-1 atas Bilbao dengan aktor utamanya sang bocah lokal, Fernando Torres.
Salam perpisahan indah kepada Vicente Calderon. Pada musim depan pasukan Simeone akan pindah markas ke Wanda Metropolitano.
Target awal: Tiga besar
Realisasi: Peringkat ketiga
Rapor: 8
MOMEN TERBAIK - Puncak Dua Pekan
Atletico mengawali liga dengan hasil imbang kontra dua tim promosi Alaves (1-1) dan Leganes (0-0). Pasukan Simeone lantas mengamuk dan menang lima kali dalam enam laga berikut. Alhasil, puncak klasemen sempat mereka duduki pada pekan ketujuh dan delapan.
MOMEN TERBURUK - Antiteori Villarreal
Villarreal adalah antiteori bagi Atletico musim ini. Dalam dua duel dengan skuat berjulukan Tim Kapal Selam Kuning itu, Los Colchoneros selalu kalah dan gagal bikin gol (0-3; 0-1).
Kekalahan kedua dari Villarreal terjadi pada periode genting, pekan ke-34, dan sempat membuat poin Atleti di peringkat tiga disamai Sevilla.
BINTANG - Filipe Luis
Penggocek bola terbaik Atleti musim ini justru lahir dari lini belakang. Filipe Luis mencatat 2,2 dribel sukses per gim. Performanya konsisten dan ia memberikan kontribusi riil berupa torehan tiga gol plus enam assist.
FLOP - Sime Vrsaljko
Vrsaljko disiapkan sebagai penerus Juanfran di sisi kanan pertahanan. Tapi, musim debutnya di Atletico tak berjalan mulus. Ia lebih sering duduk di bangku cadangan. Cedera ligamen parah kian mengikis peluang bermainnya.
PELATIH - Diego Simeone
Simeone selalu mampu menjadi motivator ulung kala anak asuhnya dihadapkan dengan ujian berat. Keputusannya memainkan Koke sebagai gelandang tengah membuat permainan tim lebih agresif.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar