Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Rapor Sevilla 2016-2017, Spirit Pemberontakan Baru

By Minggu, 28 Mei 2017 | 14:57 WIB
Para pemain Sevilla merayakan gol yang dicetak Ganso ke gawnag Granada pada laga di Ramon Sanchez Pizjuan, Jumat (21/4/2017)
CRISTINA QUICLER / AFP
Para pemain Sevilla merayakan gol yang dicetak Ganso ke gawnag Granada pada laga di Ramon Sanchez Pizjuan, Jumat (21/4/2017)

Start Sevilla pada musim ini sebetulnya sangat jelek: tiga kekalahan dari tiga partai. Bahkan, tiga kekalahan itu juga membuat mereka kehilangan kans meraih dua titel: Piala Super Eropa (kalah dari Real Madrid) dan Piala Super Spanyol (kalah dari Barca). 

Penulis: Rizki Indra Sofa

Meski demikian, tiga kekalahan itu menjadi dentuman pembukaan hebat yang diperkenalkan oleh bos baru mereka, Jorge Sampaoli. Sevilla kalah dengan keberanian buat tampil menyerang konstan meski paham lawannya adalah dua tim terbaik Spanyol.

Keberanian itu yang terus diperlihatkan Sevilla sepanjang musim. Dengan prinsip serang, serang, dan serang ala Sampaoli, Sevilla mampu menjadi tim yang sangat enak ditonton.

Mereka tajam, tapi di sisi kebalikan kerap kebobolan hingga skor besar jamak terjadi.

Partai pembuka mereka disudahi dengan skor 6-4 melawan Espanyol! Sevilla menjadi tim mengerikan buat lawan. Semua tipe pemain bisa bikin gol.

Mereka memberikan alternatif kekuatan baru di La Liga, menggeser Atletico di posisi tiga, memberontak terhadap dominasi Madrid-Barca.

Bahkan, seiring inkonsistensi yang sempat diperlihatkan Madrid dan Barcelona, Sevilla pun sempat muncul menjadi pesaing utama di jalur juara.

Barangkali satu kelebihan yang justru menjadi kelemahan di La Liga muncul lantaran partisipasi hebat mereka di Liga Champion.

Baca Juga:

Bersaing sengit di dua ajang bikin awak Sevilla kehabisan bensin di pengujung musim. Alhasil, impian menggeser Atletico buat meraih posisi tiga pun sirna.

Mereka sukses mempertahankan peringkat empat.

Posisi lebih baik di musim depan akan menjadi pertanyaan besar. Bukan hanya soal kehilangan sang bos, Sampaoli, tapi juga lantaran ditinggal direktur olahraga jenius mereka, Ramon Rodriguez Verdejo alias Monchi.

"Kami finis di peringkat empat alias bisa dibilang juara di ajang tanpa raksasa La Liga (Barcelona, Real Madrid, Atletico)," ucap sang bos di Bein Sports.

"Saya sangat bangga bisa turut berpartisipasi di proyek hebat klub musim ini. Perjalanan tim sepanjang edisi terkini sangat positif. Kami merasakan betul dukungan hebat dari suporter. Saya juga amat salut terhadap para pemain yang mampu bersaing dengan para raksasa liga serta finis di posisi terhormat," kata Sampaoli di salam perpisahannya.

Target awal: empat besar
Realisasi: peringkat keempat
Rapor: 7,5


Editor : Firzie A. Idris
Sumber : Tabloid BOLA


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X