Start Sevilla pada musim ini sebetulnya sangat jelek: tiga kekalahan dari tiga partai. Bahkan, tiga kekalahan itu juga membuat mereka kehilangan kans meraih dua titel: Piala Super Eropa (kalah dari Real Madrid) dan Piala Super Spanyol (kalah dari Barca).
Penulis: Rizki Indra Sofa
Meski demikian, tiga kekalahan itu menjadi dentuman pembukaan hebat yang diperkenalkan oleh bos baru mereka, Jorge Sampaoli. Sevilla kalah dengan keberanian buat tampil menyerang konstan meski paham lawannya adalah dua tim terbaik Spanyol.
Keberanian itu yang terus diperlihatkan Sevilla sepanjang musim. Dengan prinsip serang, serang, dan serang ala Sampaoli, Sevilla mampu menjadi tim yang sangat enak ditonton.
Mereka tajam, tapi di sisi kebalikan kerap kebobolan hingga skor besar jamak terjadi.
Partai pembuka mereka disudahi dengan skor 6-4 melawan Espanyol! Sevilla menjadi tim mengerikan buat lawan. Semua tipe pemain bisa bikin gol.
Mereka memberikan alternatif kekuatan baru di La Liga, menggeser Atletico di posisi tiga, memberontak terhadap dominasi Madrid-Barca.
Bahkan, seiring inkonsistensi yang sempat diperlihatkan Madrid dan Barcelona, Sevilla pun sempat muncul menjadi pesaing utama di jalur juara.
Barangkali satu kelebihan yang justru menjadi kelemahan di La Liga muncul lantaran partisipasi hebat mereka di Liga Champion.
Baca Juga:
- Berkat Kekalahan Arsenal, Sinar Granit Xhaka Muncul Musim Ini
- Tangisan Petinggi PSS Sleman untuk Pemain Elang Jawa
- Ezra Walian Punya Standar untuk Tentukan Klub Baru
Bersaing sengit di dua ajang bikin awak Sevilla kehabisan bensin di pengujung musim. Alhasil, impian menggeser Atletico buat meraih posisi tiga pun sirna.
Mereka sukses mempertahankan peringkat empat.
Posisi lebih baik di musim depan akan menjadi pertanyaan besar. Bukan hanya soal kehilangan sang bos, Sampaoli, tapi juga lantaran ditinggal direktur olahraga jenius mereka, Ramon Rodriguez Verdejo alias Monchi.
"Kami finis di peringkat empat alias bisa dibilang juara di ajang tanpa raksasa La Liga (Barcelona, Real Madrid, Atletico)," ucap sang bos di Bein Sports.
"Saya sangat bangga bisa turut berpartisipasi di proyek hebat klub musim ini. Perjalanan tim sepanjang edisi terkini sangat positif. Kami merasakan betul dukungan hebat dari suporter. Saya juga amat salut terhadap para pemain yang mampu bersaing dengan para raksasa liga serta finis di posisi terhormat," kata Sampaoli di salam perpisahannya.
Target awal: empat besar
Realisasi: peringkat keempat
Rapor: 7,5
MOMEN TERBAIK - Pergantian Tahun
Lima kemenangan beruntun sukses diambil Sevilla sebelum dan sesudah jeda kompetisi. Sevilla sukses menang atas Celta Vigo, Malaga, Sociedad, Rael Madrid, dan Osasuna. Kuintet kemenangan itu membuat mereka naik ke posisi dua klasemen, menjadi kandidat kuat pesaing di jalur juara.
MOMEN TERBURUK - Monchi Pamitan
Reputasi Monchi sebagai direktur olahraga brilian sudah terbukti. Ia kerap mendatangkan pemain "tanpa nama" dan menjadi bintang di Sevilla dan La Liga, hingga dijual lagi dengan harga selangit. Kepergian Monchi berpotensi menjadi kabar buruk buat Sevilla ke depannya.
BINTANG - Steven N'Zonzi
Banyak rekrutan baru yang bersinar dan layak menjadi bintang, tapi peran Steven N'Zonzi di lini tengah Sevilla begitu krusial. Ia adalah awal dari poros serangan Sevilla sebagai distributor bola sekaligus benteng pertahanan.
FLOP - Ganso
Paulo Henrique Ganso sebetulnya jadi salah satu rekrutan andalan Sevilla. Tapi, ia tidak bisa cepat beradaptasi, terutama dengan gaya permainan Sevilla di tangan Sampaoli. Ganso tak punya tempat.
PELATIH - Jorge Sampaoli
Brilian menjalankan tugas menggantikan Unai Emery. Sevilla di tangan Sampaoli bermain begitu atraktif. Di akhir musim, Sevilla finis di posisi empat meraih 72 poin alias rekor tertinggi kedua sepanjang sejarah klub.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar