Ada pemandangan menarik saat tim nasional U-22 Indonesia memulai latihan di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Selasa (24/5/2017).
Seorang ibu dengan kain kuning terlilit di pinggangnya berlutut di pinggir lapangan. Dia membakar tiga dupa, menghaturkan tumpukan bunga yang beralaskan anyaman daun kelapa, dan kemudian berdoa.
"Itu namanya canang sari. Kami harus melakukannya setiap hari," kata Wayan Sita saat ditemui KOMPAS.com.
Baca juga: Memaknai Selebrasi Keberagaman ala Bali United
Dikutip dari Wikipedia, canang sari merupakan perlengkapan keagamaan umat Hindu di Bali untuk persembahan setiap hari.
Karena itu, persembahan ini dapat di temui di berbagai Pura dan di jalan-jalan.
"Saya melakukannya setiap hari. Untuk waktu berdoanya tergantung. Kalau ada kesibukan kerja, saya sembayang sore. Kalau pagi kosong, saya sembayang. Sembayang tidak boleh terburu-buru," tutur ibu berusia 33 tahun tersebut.
Peletakan canang sari adalah rangkaian pertama yang dilakukan Wayan Sita. Setelah meletakan canang, Wayan Sita akan berdoa di Pura.
Dia lalu menyalakan dupa di toko Bali United dan berkeliling stadion sambil meletakan dupa. Rangkaian ini dilakukan Wayan Sita setiap hari.
"Setiap Bali United bermain, saya sembayang di Pura. Saya taruh banten (persembahan) di sana. Kalau pemain sembayang di Pura," jelas istri dari Ketut Karjayo tersebut.
Wayan Sita menjelaskan bahwa rangkaian ritual yang dilakukannya untuk meminta keselamatan.
"Tujuannya mencari keselamatan. Sama seperti yang dilakukan pemeluk agama lain. Bersyukur tidak ada apa-apa yang terjadi sampai saat ini," ujarnya.
Wayan Sita sudah menjadi juru doa di Stadion Kapten I Wayan Dipta sejak stadion tersebut berdiri pada 2003.
Bali United juga memberikan dukungan kepada Wayan Sita untuk melaksanakan tugasnya dengan menganggarkan biaya untuk keperluannya.
Lalu apakah manajemen punya titipan doa kepada Wayan Sita?
"Tidak ada. Saya hanya sembayang dengan iklas. Yang pentig kami selamat," jelas Wayan Sita.
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | - |
Komentar