Dani Pedrosa adalah salah satu pebalap yang membuat sang pelatih, Sete Gibernau keheranan. Kenapa dia yang sering menang, bahkan sudah menyentuh angka 30, belum juga berkesempatan menjadi juara dunia?
Penulis: Arief Kurniawan
Juara dunia memang bukan hal mudah. Bagi Pedrosa, impian tersebut lebih sulit lagi terealisasi sejak Marc Marquez hadir di MotoGP pada 2013. Marquez sudah meraih tiga gelar juara dunia, sementara Pedrosa belum.
Karena itu, ketika Pedrosa tampil sangat konsisten di dua balapan terakhir yakni menang di Spanyol dan naik podium lagi di Prancis, dia pun kini mengoleksi poin lebih banyak dari Marquez.
Ini adalah momen langka bagi Pedrosa. Kali terakhir hal itu dirasakan pebalap berusia 32 tahun ini seusai GP Belanda 2013.
Selepas itu, Marquez selalu unggul angka atas Pedrosa. Ketika Marquez gagal jadi juara dunia pada 2015, poinnya tetap saja selalu lebih baik dari Pedrosa.
Baca Juga:
- Montella: Saya Menyayangi Donnarumma seperti Anak Sendiri
- Kenangan Pihak Sirkuit Indianapolis tentang Nicky Hayden
- Libas Jerman 5-0, Malaysia Buka Peluang Jadi Juara Grup
Tapi, kini harapan baru muncul bagi Pedrosa. Marquez telah terjatuh dua kali di awal 2017 dan Pedrosa pun menyalipnya.
"Balapan di Le Mans sungguh tak mudah. Saya tahu bisa cepat, tapi juga menghindari tabrakan di awal lomba tak gampang," katanya.
Pedrosa sebenarnya ingin menyusul Marquez di atas trek. Namun, Marquez terjatuh dan setelah itu Pedrosa tidak bisa memacu motor lebih cepat lagi karena motor terus bergetar.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | - |
Komentar