Pelatih tim nasional (timnas) Indonesia, Luis Milla, menilai bahwa karier kepelatihannya turut dipengaruhi posisi ketika masih menjadi pemain.
Perlu diketahui, Milla mengawali karier profesionalnya di Barcelona sebagai gelandang bertahan pada 1984. Lantaran kehadiran, Josep Guardiola di posisi serupa, dia memutuskan pindah ke Real Madrid enam tahun berselang.
Apa yang didapatkan Milla selama mengemban tugas di lini tengah ternyata memberikan pemahaman sepak bola lebih banyak ketimbang rekan-rekan di sektor lainnya.
Hal itu diutarakan sang juru taktik saat diwawancarai secara eksklusif bersama JUARA dan Kompas.com di Hotel Yasmin, Karawaci, Senin (8/5/2017).
"Pemain tengah adalah bagian penting dalam tim. Mengapa? Semua aksi yang terjadi dalam sepak bola harus melewati lini tengah. Sebagai pemain tengah, saya bisa melihat banyak hal positif dan negatif dalam tim," tutur Milla.
Baca Juga: Strategi Baru Pelita Jaya Sukses Tuntaskan Penantian 26 Tahun
"Saat pensiun, saya memutuskan untuk menjadi pelatih. Sebab, saya ingin memberikan solusi kepada tim dan memperbaiki tim," ujar dia.
Berbekal ilmu yang dipetiknya sebagai gelandang bertahan, Milla meraih kesuksesan dalam karier kepelatihan. Dia mengantarkan timnas Spanyol U-21 menjuarai Piala Eropa pada 2011.
Menurut Milla, keuntungan serupa juga dirasakan sejumlah sosok yang sempat menjadi gelandang bertahan, di antaranya Antonio Conte, Carlo Ancelotti, Josep Guardiola, dan Massimiliano Allegri.
"Kita bisa melihat saat ini. Banyak pelatih-pelatih top dunia dulunya adalah pemain tengah," ucap pria yang sempat dilatih Johan Cruyff dan Fabio Capello itu.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | - |
Komentar