Tradisi bek kiri jempolan rupanya sudah berlangsung sejak lama di Persija. Sejarah mencatat Macan Kemayoran pernah diperkuat oleh nama-nama legendaris sekaliber Sutan Harhara, Andi Lala, Didik Darmadi, Tias Tono Taufik, hingga Rahmad Darmawan pada era perserikatan.
Penulis: Indra Citra Sena
Hebatnya lagi, deretan pemain di atas merupakan produk sendiri yang berasal dari klub-klub internal. Persija pada era perserikatan memang terkenal mengedepankan jebolan-jebolan klub internal seperti UMS, PS Jaya Raya, Menteng FC, PS Maesa, dan PSAL.
Beralih ke era profesionalisme liga, tren bek kiri Persija ikutan bergeser. Regenerasi yang mandeg di klub-klub internal membuat manajemen melirik bakat dari daerah lain sehingga bermunculan deretan perantau, antara lain Budiman, Ortizan Solossa, Leo Saputra, dan Muhammad Nasuha.
Adapun Budiman turut andil mendatangkan titel juara Liga Indonesia 2001. Budiman bahkan menyandang ban kapten tim dan berhak mengangkat trofi paling pertama dalam seremoni Persija. Saat ia absen, eks bek kanan timnas, Anang Ma'ruf, digeser ke posisinya.
Kisah RD
Rahmad Darmawan adalah bek kiri Persija yang merasakan masa peralihan dari perserikatan/Galatama ke Liga Indonesia (Ligina). Dia menikmati peran menyisir sisi kiri lapangan meski mengaku bukan seorang kidal.
Di awal karier, pria yang akrab dipanggil RD ini sempat melakoni berbagai posisi ofensif sampai akhirnya muncul permintaan dari pelatih tim nasional Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 1994 dan SEA Games 1993, Ivan Toplak.
RD diminta menekuni peran bek kiri yang aktif membantu serta merancang serangan dalam skema 3-5-2. Dia bisa beradaptasi dengan cepat sehingga Persija pun tergoda memasangnya sebagai bek kiri di Ligina I (1994-1995).
Baca Juga:
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar